PENTINGNYA
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEJAK DINI
Mohamad Bagus Syarifudin
150631600497
Kelas A Offering A
Angkatan 2015
Add caption |
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN
OLAHRAGA
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Jasmani dan Olahraga
B.
Konsep Dasar, Nilai-nilai Dasar
Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini
C.
Aspek Pertumbuhan dan
Perkembangan Jasmani
D.
Keterampilan Dasar Atlletik,
Permainan, Senam dan Renang
E.
Aplikasi Model-model Pembelajaran
Pendidikan Jasmani
F.
Evaluasi Kuantitatif dan
Kualitatif
G.
Pengembangan Cabang Olahraga
Sesuai Bakat Minat Anak Usia Dini
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Usia dini merupakan kesempatan
emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak
memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa khususnya pada masa
kanak-kanak awal. Mengingat usia dini merupakan usia emas maka pada masa
itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya
holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup
gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai
aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus,
berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional.
Perkembangan motorik kasar
merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak
Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak ( TK). Sebenarnya anggapan
bahwa perkembangan motorik kasar akan berkembang dengan secara otomatis
dengan bertambahnya usia anak,merupakan anggapan yang keliru. Perkembangan
motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga
pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu
yang tepat (appropriate), bagaimana
jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana
kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak.
Kemampuan melakukan
gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya
diri dan pembentukan konsep diri. Oleh karena itu perkembangan motorik
kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia
dini. Kurikulum Pendidikan Taman Kanak-kanak meliputi enam
aspek perkembangan yakni moral dan nilai-nilai agama, sosial - emosional
dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni.
Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan anak usia
dini. TK bukanlah jenjang pendidikan wajib diikuti, namun memberikan
manfaat bagi penyiapan anak untuk masuk SD.
Pada umumnya pembelajaran di TK
untuk aspek perkembangan fisik/motoriknya lebih banyak difokuskan ke
perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan.
Padahal pengembangan motorik kasar anak usia dini juga memerlukan
bimbingan dari pendidik. Perkembangan motorik kasar untuk anak usia TK
antara lain melempar dan menangkap bola, berjalan di atas papan
titian (keseimbangan tubuh), berjalan dengan berbagai variasi (maju mundur
di atas satu garis), memanjat dan bergelantungan (berayun), melompati parit
atau guling, dan sebagainya.
Seyogyanya
gerakan-gerakan motorik kasar ini dipraktekkan oleh anak-anak TK di bawah
bimbingan dan pengawasan pendidik/guru, sehingga diharapkan semua aspek
perkembangan dapat berkembang secara optimal.
Pengembangan
motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya,
karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan membuat anak
kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan
fisik. Padahal jika
anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi
ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri.
B. Rumusan
Masalah
A.
Apa pengertian Pendidikan
jasmani dan olahraga
?
B.
Bagaimana Konsep dasar, nilai-nilai
Dasar Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini ?
C.
Bagaimana Aspek Pertumbuhan dan
Perkembangan Jasmani ?
D.
Bagaimana Keterampilan Dasar
Atlletik, Permainan, Senam dan Renang ?
E.
Bagaimana Aplikasi Model-model
Pembelajaran Pendidikan Jasmani ?
F.
Bagaimana Evaluasi Kuantitatif
dan Kualitatif ?
G.
Bagaimana Pengembangan Cabang
Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak Usia Dini ?
C. Tujuan
Tujuan dari laporan ini dijabarkan sebagai
berikut:
A.
Mendeskripsikan tentang
pengertian pendidikan jasmani dan olahraga
B.
Mendeskripsikan Konsep dasar,
nilai-nilai Dasar Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini ?
C.
Mendeskripsikan Aspek Pertumbuhan
dan Perkembangan Jasmani ?
D.
Mendeskripsikan Keterampilan
Dasar Atlletik, Permainan, Senam dan Renang ?
E.
Mendeskripsikan Aplikasi
Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani ?
F.
Mendeskripsikan Evaluasi
Kuantitatif dan Kualitatif ?
G.
Mendeskripsikan Pengembangan
Cabang Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak Usia Dini ?
BAB II
PEMBAHASAN
H.
Pengertian Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Apakah yang dimaksud pendidikan
jasmani dan olahraga? Secara umum pendidikan jasmani dan olahraga (penjasor) merupakan proses pendidikan
melalui aktifitas jasmani dan olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dari pengertian ini,
menjelaskan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian tak
terpisahkan dari pendidikan umum yang ada pada saat ini. Tujuannya adalah untuk
membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, yaitu untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Secara umum pendidikan jasmani
dan olahraga dapat di definisikan sebagai berikut:
·
Pendidikan jasmani dan
olahraga adalah proses pendidikan melalui aktifitas jasmani, permainan atau
olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan (Agus Mahendra,
2004). Definisi tersebut, sekali lagi menjelaskan bahwa pendidikan jasmani
dan olahraga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan
umum.
·
Adapun Pendidikan jasmani dan
olahraga bahwa pencapaiannya bertujuan untuk berpangkal pada perencanaan
pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak (Husdarta, 2009).
I. Konsep Dasar, Nilai-Nilai dan
Dasar Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini
Dalam olahraga usia dini, target
yang harus dicapai anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan
kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan
peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap
anak, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan. Tujuan
melibatkan anak dalam aktivitas olahraga adalah sebagai pengenalan pengalaman
berolahraga, meningkatkan ketrampilan fisik, membangun kepercayaan diri.
Dalam masa ini, yang diperlukan
anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu
pelatihnya tidak perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan
pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha yang dilakukan anak,
bukan terhadap hasil akhir. Disini perlu ditanamkan perasaan “mencapai sukses”
bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Oleh karena itu,
penting sekali di masa awal ini setiap partisipan dalam suatu kejuaraan bisa
mendapatkan penghargaan.
Persiapan mental dalam menghadapi
pertandingan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Utamanya anak perlu dibiasakan berfikir positif, diberi keyakinan bahwa dalam
pertandingan nanti dirinya mampu menampilkan keterampilan yang telah
dilatihnya.
Idealnya, sesuai dengan pandangan
hidup (filsafat) dan konsep pendidikan jasmani yang kita anut,
pembinaan olahraga usia dini itu diarahkan pada pengenalan dan penguasaan
keterampilan dasar suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan pengembangan
keterampilan serta kemampuan fisik yang bersifat umum. Sementara itu,
dalam konteks pendidikan jasmani, seperti pada kelas-kelas awal, penekanannya
pada pengembangan keterampilan gerak secara menyeluruh.
Dari naluri mendidiknya Ki Hajar
Dewantara, mengatakan beliau sangat menyakini bahwa suasana pendidikan yang
baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), dan asuh (membimbing). Tiga aspek tersebut
akan memberi corak bagi seorang anak terhadap prilaku (behavior), sikap
(attitude) dan nilai (velue). Seperti halnya teori Karl Groos, Yang
teorinya bernama teori biologis mengatakan “ Anak-anak bermain oleh karena
anak-anak harus mempersiapkan diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa
depanya. Seperti halnya dengan anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan
mencari nafkah, maka anak manusia pun bermain untuk melatih organ-organ jasmani
dan rohaninya untuk menghadapi masa depannya.
Dilihat dari aspek biologis,
olahraga anak usia dini masih dalam taraf mengembangkan aspek-aspek kebugaran
jasmani (menguatkan jantung, tulang dan otot) serta merangsang tumbuh kembang
anak secara optimal. Olahraga anak usia dini selayaknya dikemas menjadi suatu
permainan olahraga yang selain mengembangkan aspek-aspek tersebut juga
mengembangkan aspek psikososial, yaitu mengembangkan nilai-nilai diri anak
secara positif, menuju pembangunan karakter yang sportif, dinamis, kreatif,
penuh toleransi, jujur, dan bertanggung jawab.
Konsep “Nation and Character
Building” melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sebagai konsep
dasar pembentukan karakter anak bertumpu pada pemberdayaan anak melalui jalur pendidikan atau
kegiatan olahraga disekolah.
Pembentukan
karakter dalam pembelajaran penjasorkes ini antara lain :
1.
Pembentukan fisik yang sehat,
bugar, tangguh, unggul dan berdaya saing
2.
Pembentukan mental berupa
sportifitas, demokratis, toleran dan disiplin
3.
Pembentukan moral menjadi lebih
tanggap, peka, jujur dan tulus
4.
Pembentukan kemampuan social,
yaitu mampu bersaing, bekerjasama, berdisiplin, bersahabat, dan berkebangsaan.
Ahli
kesehatan sepakat bahwa olahraga dapat meningkatkan kebugaran jasmani
yang ditandai dengan meningkatnya fungsi jantung, pembuluh
darah, sirkulasi darah, sistem pernafasan dan proses metabolisme,
serta kemampuan tubuh untuk menangkal bermacam- macam penyakit baik
yang disebabkan oleh infeksi maupun bukan karena infeksi. Olahraga juga dapat
mengurangi gejala gangguan psikis, misalnya tekanan jiwa (stress) dan
ketegangan jiwa (anxiety). Dengan melakukan aktivitas olahraga yang
menantang, apabila seseorang mampu mengatasi tantangan tersebut, akan muncul suatu kepuasan, dan rasa
puas ini akan mengurangi ketegangan jiwa.
Anak usia dini sebagai warga
negara dan calon generasi penerus bangsa juga berhak mendapatkan
pelayanan olahraga yang memadai sebagai sarana tumbuh kembang demi
kesempurnaan perkembangan dan pertumbuhannya. Pemenuhan kebutuhan
akan kegiatan olahraga bagi anak prasekolah maupun saat sekolah
melalui pemberian Pelajaran Penjasorkes.
Hal ini berguna demi pertumbuhan
dan perkembangan organ-organ tubuh tersebut secara baik dan optimal.
Kondisi jasmani yang baik merupakan modal utama untuk me ngembangkan
potensi diri yang lain.Dapat dibayangkan apa jadinya apabila seorang anak
mengalami gangguan fungsi organ tubuh misalnya jantung, paru-paru,
atau organ tubuh yang lain, tentu saja anak-anak tersebut akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak. Penjasorkes (physical education)
memberikan kebutuhan gerak bagi anak prasekolah dan saat sekolah.
Aktivitas olahraga sangat penting bagi anak-anak karena mempunyai
banyak manfaat di antaranya adalah untuk memacu pertumbuhan dan
perkembangan organorgan tubuh termasuk juga otak, meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit
(imun), mempunyai fungsi rehabilitasi atau menormalkan kecacatan.
Anak-anak yang mengalami
hambatan dalam pertumbuhan dan perkembanganotak, maka organ tubuh ini
tidak akan dapat berfungsi secara baik. Otak berfungsi sebagai pusat
segala koordinasi organ tubuh, dan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan organ tubuh manusia lainnya, sehingga apabila terjadi
gangguan pada otak, maka kecerdasan menjadi lemah, bahkan dapat
mengalami keterlambatan mental.
Berikut ini kajian tentang
kepelatihan anak usia dini yang diperlukan oleh para pelatih untuk menangani
atlet usia dini, yaitu mengenai:
1.
Mempersiapkan untuk melatih anak
usia dini secara efektif
2.
Pemahaman pelatih bahwa pelatihan
untuk anak usia dini bertujuan untuk:
a)
memperoleh kesenangan
b)
persahabatan atau memperoleh
teman baru
c)
perasaan nyaman, dan
d)
belajar keterampilan baru.
Tujuan tersebut dapat
dicapai, jika aktivitas olahraga sesuai dan disesuaikan dengan kebutuhan serta
kemampuan anak.
3.
Memberi gambaran tentang macam
olahraga untuk anak-anak
4.
Memodifikasi olahraga.
J. Aspek Pertumbuhan dan
Perkembangan Jasmani
Pertumbuhan dan
perkembangan memiliki pengertian yang berbeda. Pertumbuhan mempunyai
pengertian bertambahnya volume/ukuran organ tubuh,sedang perkembangan
adalah semakin meningkatnya fungsi organ-organ tubuh. Pengalaman yang
diperoleh masa kanak-kanak tidak akan hilang dan akan berpengaruh
terhadap tingkah laku saat usia telah dewasa. Sebagai contoh, anak
yang dilatih belajar keras sejak kecil, gigih meraih.
Cita-cita, nanti setelah dewasa
akan menjadi orang yang gigih, ulet, dan menjadi pekerja keras. Demikian
juga sebaliknya, masa anak-anak dididik dengan kemanjaan, segalanya
serba mudah dan enak, maka setelah dewasa sulit menjadi orang yang
mandiri dan selalu bergantung pada orang lain.
Menurut Eliyawati (2005:18),
karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitannya dengan
aktifitas belajar di antaranya adalah bersifat unik, egosentris, aktif
dan energik, eksploratif dan berjiwa bertualang, ekspresi
perilakunya relatif spontan, kaya dan senang dengan fantasi/daya
kayal, mudah frustasi, kurang pertimbangan, daya perhatiannya pendek,
gairah untukbelajar dan banyak belajar dari pengalaman dan semakin
menunjukkan minat terhadap teman.
Usia terbaik untuk melakukan
stimulasi pada anak adalah sedini mungkin. Hasil yang optimal akan didapat bila
anak sudah diberikan rangsangan tumbuh kembang saat ia masih di dalam kandungan
usia 4 bulan dan setelah lahir hingga ia berusia 6 tahun. Namun pemberian
rangsangan tumbuh kembang perlu dilanjutkan setelah anak berusia 6 tahun hingga
usia 8 tahun. Tumbuh kembang menekankan pada 4 aspek kemampuan dasar anak yang
perlu mendapatkan rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak
halus, kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi
(berinteraksi) dan kemandirian.
Perkembangan kemampuan fisik pada
anak kecil bisa diidentifikasikan dalam beberapa hal. Sifat-sifat
perkembangan fisik yang dapat diamati adalah sebagai berikut:
A.
Terjadi perkembangan otot-otot
besar cukup cepat pada 2 tahun terakhir masa anak kecil. Hal ini memungkinkan
anak melakukan berbagai gerakan yang lebih leluasa yang kemudian bisa
dilakukannya bermacam-macam ketrampilan gerak dasar. Beberapa macam gerak
dasar misalnya: berlari, meloncat, berjengket, melempar, menangkap, dan
memukul berkembang secara bersamaan tetapi dengan irama perkembangan yang
berlainan. Ada yang lebih cepat dikuasai dan ada yang baru dikuasai
kemudian.
B.
Dengan berkembangnya otot-otot
besar, terjadi pulalah perkembangan kekuatan yang cukup cepat, baik pada
anak laki-laki maupun perempuan. Antara usia 3 sampai 6 tahun terjadi
peningkatan kekuatan sampai mencapai lebih kurang 65%.
C.
Pertumbuhan kaki dan tangan
secara proporsional lebih cepat dibandingpertumbuhan bagian tubuh yang lain,
menghasilkan peningkatan daya ungkit yang lebih besar di dalam melakukan
gerakan yang melibatkan tangan dan kaki. Daya ungkit yang makin besar akan
meningkatkan kecepatan dalam bergerak. Hal ini sangat menunjang
terbentuknya bermacam-macam ketrampilan gerak dasar.
D.
Terjadi peningkatan koordinasi
gerak dan keseimbangan tubuh yang cukup cepat. Koordinasi gerak yang
meningkat dan disertai dengan daya ungkit kaki dan tangan yang makin
besar, menjadikan anak makin mampu menggunakan kekuatannya di dalam
melakukan aktivitas fisik. Sedangkan meningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan
pula keleluasaan rentangan gerak dalam melakukan gerakan ketrampilan.
E.
Meningkatnya kemungkinan dan
kesempatan melakukan berbagai macamaktivitas gerak fisik bisa merangsang
perkembangan pengenalan konsepkonsepdasar objek, ruang, gaya, waktu dan
sebab-akibat. Melalui gerakan fisik anak kecil mulai mengenali konsep
dasar objek yang berada di luar dirinya.
K. Keterampilan Dasar Atletik,
Permainan, Senam , dan Renang
Atletik adalah suatu cabang olah
raga yang meliputi nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Anak-anak
didalam kehidupannya hampir dari sebagian waktunya dihabiskan untuk bermain,
dengan melakukan berbagai bentuk gerakan berjalan, berlari, melompat, dan
melempar. Anak dikelas permulaan Sekolah Dasar (SD) akan merasa senang bila
mendapatkan pelajaran yang telah diketahui sebelumnya seperti lari dan bermain,
mereka akan lebih tertarik dan terampil di dalam melakukannya. Oleh karena itu
bentuk-bentuk gerakan dasar atletik perlu ditanamkan kepada anak-anak kelas
permulaan SD. Anak-anak dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
keterampilan gerakan dasar atletik tersebut. Karena itu kepada anak-anak perlu
ditanamkan, berbagai cara melakukan gerakan dasar atletik yang
benar seperti gerakan jalan, lari dan lompat.
Setiap anak menyukai air. Mereka
umumnya gemar bermain air saat dimandikan di kamar mandi, di kolam renang, di
tepian air terjun, bahkan di pantai. Oleh sebab itu, penting mengajari anak
untuk lebih mengenal air sejak dini agar terhindar dari bencana.
Secara alamiah anak memang tertarik
pada air, terutama dalam hamparan yang luas seperti kolam renang dan laut.
Namun, menurut seorang instruktur renang, reaksi anak terhadap air sangatlah
berbeda-beda, bergantung pada usianya.
Saat mereka masih kecil, mereka
masih takut membenamkan diri lebih dalam di air. Mereka umumnya lebih senang
bermain di air hanya sebatas mata kaki saja. Sebenarnya, ketika anak telah
berusia dua tahun, orangtua dapat mulai melatih mereka berenang. Caranya, bawa
mereka ke kolam dan pegang badannya sehingga mereka bisa menendang atau
memukul-mukul air dengan tangan dan kakinya.
Dan ketika anak tersebut telah
memasuki usia empat tahun dan telah cukup familiar dengan air, mereka bisa
belajar menahan dan mengatur napas serta mengambang, misalnya olahraga
air maupun belajar menyelam. Dengan demikian, ketika memasuki usia
enam tahun, sudah siap untuk belajar berenang/kursus menyelam secara
formal, semisal scuba diving, atau teknik menyelam yang benar
Kolam renang merupakan tempat
yang paling baik bagi pemula yang ingin belajar renang. Sebab, di tempat itu
tidak ditemui elemen yang bisa membahayakan seperti lubang yang dalam, arus air
yang deras, atau batu-batuan yang tajam.
Alasan utama terjadinya
kecelakaan di air adalah panik. Situasi seperti ini pasti dialami siapa pun
yang tidak menguasai ilmu renang atau minim belajar diving, kurang
mengenal olahraga air. Menit-menit pertama menyadari kakinya tidak
menyentuh permukaan, mereka langsung lupa bahwa tubuh manusia itu dapat
mengambang dengan sendirinya di atas air dalam keadaan santai.
Berenang adalah satu keahlian
yang paling penting yang dapat ditanamkan pada anak sejak kecil. Orangtua yang
tidak bisa renang atau takut terhadap air harus dapat mengatasi emosinya saat
mendampingi anak belajar berenang maupun kursus menyelam. Jika tidak, hal
tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap anak sehingga mereka pun merasa
cemas pula saat belajar menyelam.
Seifert, Hoffnung (1987:322) menyatakan bahwa bermain
adalah dunia anak-anak yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup
panjang. Pada usia enam tahun, kemampuan motoriknya sudah mulai
berkembang lebih kompleks, yaitu dapat berjalan dengan berbagai
variasi kecepatan, loncat, menggeser, memanjat, memindahkan
sesuatu dengan tepat, berdiri satu kaki, menangkap bola, dan
menggambar sesuatu, maka latihan yang sesuai dengan ketrampilan tersebut
dapat dilakukan.
Senam merupakan salah satu
kegiatan yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak usia dini. Senam
dengan diiringi musik dan lagu menjadikan kecerdasan musik anak pun turut
terbina.
Disisi lain, melalui kegiatan
senam PAUD ceria diharapkan kecerdasan majemuk yang dimiliki anak dapat
berkembang pula, dengan demikian anak-anak yang sehat, cerdas, ceria dan
berakhlak mulia dapat diwujudkan. Disamping untuk mengembangkan potensi anak,
dengan membiasakan anak-anak untuk berolah raga (senam) sejak dini, diharapkan
nantinya anak-anak gemar berolah raga, mengingat olah raga merupakan salah hal
yang sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh.
Aktivitas olahraga yang baik
untuk anak usia dini mempunyai karakteristik:
1)
memberi bermacam-macam
pengalaman gerak (multilateral training) dalam bentuk permainan dan
perlombaan
2)
merangsang perkembangan
seluruh panca indra
3)
mengembangkan imajinasi /
fantasi dan
4)
bergerak
mengikuti irama/lagu atau cerita.
Namun
demikian, dari karakteristik olahraga untuk anak usia dini tersebut
diusahakan dikemas dalam
bentuk permainan/perlombaan agar anak marasa tertarik danmendapatkan
kesenangan.
L.
Aplikasi
Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Dengan aktif bergerak
mengikuti permainan itu kebugaran jasmani akan meningkat. Pengertian
dari memberikan pengalaman gerak yang bermacam-macam (multilateral training) adalah
anak-anak diberi kesempatan mengalami berbagaimacam pengalaman gerak yang
berbeda- beda, misalnya: memanjat, merangkak,merayap, mengguling,
meluncur, melompat, menggantung, bermain di air, menarik, mendorong,
berjalan dengan tangan, dan sebagainya. Pengalaman gerak yang
bermacam-macan ini dapat menggunakan alat maupun di alam terbuka.
Contoh latihan
keseimbangan di alam terbuka adalah dengan cara melakukan gerak
berjalan/berlari di pematang sawah, berjalan di atas jembatan bambu ,
latihanberjalan di ketinggian tertentu, dan sebagainya. Latihan memanjat
dilakukan dengan cara memanjat pohon mangga, memanjat pohon jambu,
memanjat tangga, memanjat tali, memanjat pagar,
memanjat dinding/tebing, dan sebagainya.
Demikian juga keterampilan
gerak yang lain, seperti tersebut di atas dapat dilatih dengan
menggunakan alat maupun di alam terbuka. Penting untuk diperhatikan
bagipendidik/orang tua jangan terlalu banyak melarang kebebasan
bermain anak-anak ini karena alasan kasih sayang atau perlindungan
terhadap anak. Apabila larangan ini sering dilakukan maka anak-anak
akan mengalami kekurangan pengalaman gerak, padahal pengalaman gerak
pada masa anakanak (childhood) akan sangat besar pengaruhnya terhadap
keterampilan gerak pada masa dewasa (adulthood). Dalam kehidupan
orang dewasa kadang- kadang manusia dihadapkan pada tuntutan gerak
yang bermacam-macam dengan tingkat kesulitan yang berbeda- beda.
Anak-anak yang mempunyai pengalaman gerak yang banyak akan lebih
cepat menyesuaikan diri dengan tuntutan gerak baru yang harus dilakukan.
Aktivitas olahraga untuk
mengembangkan fungsi panca indera di antaranya adalah:
1.
indera penglihatan,
dengan permainan hijau-hitam, permainan pengemudi jenius menggunakan
alat bantu berbagai macam bendera yang berbeda-beda warna, permainan
pengemudi jenius dengan alat bantu bermacam- macam benda yang
berbeda-beda bentuk, dan sebagainya, dan setiap warna/bentuk
mempunyai tugas gerak yang berbeda pula
2.
indera pendengaran, dengan
permainan Si Buta mencari anak, bermain sepak bola dengan bola dapat
berbunyi dengan mata tertutup, permainan informasi
bersambung/ estafet, dan sebagainya
3.
indera penciuman, dengan
permainan Penciuman Ajaib mempergunakan alatbantu berupa berbagai macam
benda dengan aroma yang berbeda-beda, dan setiap aroma mempunyai
tugas gerak yang
berbeda
4.
indera peraba,
dengan permainan pembebasan sandera yakni dengan berbagai macam
jenis sentuhan pada bagian tubuh yang berbeda- beda, dan setiap jenis
sentuhan mempunyai tugas gerak yang berbeda pula
5.
indera perasa, dengan permainan Lidah
Sakti, yakni dengan mempergunakanalat bantu bermacam-macam makanan yang
memiliki rasa yang berbeda-beda, dan setiap rasa mempunyai tugas
gerak yang berbeda pula.
Guru Penjasorkes harus pandai
berkreasi membuat permainan untuk tujuanmengembangkan panca indera. Hal
ini penting karena indera adalah ujung tobak seseorang dalam
menerima rangsang (stimulus), kesalahan memahami rangsangan maka
akan salah juga dalam memberi tanggapan (respon). Aktivitas olahraga
untuk mengembangkan fantasi/imajinasi, misalnya dengan lomba lari
estafet membentukgambar tertentu
dengan puzzel, menggambar dengan cara estafet, lomba
lari estafet dengan membentuk bentuk tertentu, misalnya rumah, meja,
sandaran papan tulis dengan alat bantu potongan pipa atau potongan
balok, dan sebagainya.
Aktivitas olahraga untuk
mengembangkan imajinasi dapat juga berupamenirukan gerak hewan, alam,
dan benda mati lainnya misalnya: permainan menjadi patung, musang
memburu anak ayam, menjala ikan, perubahan wujud benda, permainan tanggap
bencana, dan lain-lain.
Aktivitas olahraga dengan
mengikuti irama/lagu, di antaranya adalah dengan menyanyikan lagu
“Naik-naik kepuncak gunung” siswa melakukan gerak seperti yang
terdapat dalam lirik lagu misalnya lirik ‘naik-naik’ siswa melangkah dengan
angkatan paha tinggi, guru dapat membubuhi dengan cerita di depan ada
parit mari melompat,jalan jinjit, dan sebagainya. Lagu ‘pergi ke hutan’
setelah menyebut nama hewantertentu misalnya kera, setelah sampai lirik
“beginilah jalannya, beginilah jalannya” maka siswa melakukan gerakan
seperti gerak binatang kera, guru dapat menambah dengan cerita untuk
menambah tugas gerak yang harus dilakukan siswa.
Untuk pembelajaran aktivitas
olahraga dengan metode ini guru dituntut untuk kaya akan imajinasi
dan pandai membuat cerita menarik agar siswa mau melakukan
tugas gerak tanpa keterpaksaan.
M.
Evaluasi
Kuantitatif dan Kualitatif
Evaluasi gerak ini
bertujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih
oleh individu. Dalam mengevaluasi keterampilan individu, nampaknya tidak
harus selalu diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka) semata, tetapi dapat
juga diberikan dalam bentuk uraikan (kualitatif).
Hal ini dilakukan apabila angka
yang muncul dalam penilaian akan berdampak psikologis yang dapat
membuat individu menjadi tidak menyukai perlakuan yang diberikan oleh evaluator
(orang yang mengevaluasi).
Maka dari itu
pelaksanaan evaluasi harus bersifat fleksibel dan akan
selalu bergantung pada kebutuhan pengambil keputusan. Khususnya untuk
mengevaluasi anak usia dini, pendekatan kualitatif lebih tepat dilakukan agar
hasilnya tidak mengganggu pada proses pertumbuhan dan perkembangannya
ke depan. Karena disinyalir kondisi mereka lebih sensitive dalam setiap
langkahnya, untuk itu perlu kehati-hatian dalam mengambil sebuah keputusannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi gerak adalah
proses dan hasil. Proses artinya kegiatan yang berhubungan dengan upaya
interaksi anak dengan guru, orang tua, atau lingkungannya. Sedangkan hasil
adalah sesuatu yang dicapai
anak setelah proses pembelajaran
berakhir. Jadi pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk menghasilkan
informasi yang diperlukan dalam menjawab berbagai persoalan yang sedang
dihadapi termasuk dalam hal perkembangan motorik.
Prinsip-prinsip
Evaluasi:
Pelaksanaan evaluasi pada anak usia
dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan pada remaja, orang dewasa maupun orang tua. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi perkembangan motorik pada anak
usia dini, yaitu:
A.
Menyeluruh artinya tidak
dilakukan secara terpisah dengan proses pelatihannya. Mengingat evaluasi
tersebut lebih banyak menilai proses perbuatan anak dan hasil perbuatan
anak yang pada umumnya tidak dapat dilakukan dengan tes tertulis (paper
and pencil test).
B.
Berkesinambungan artinya harus dilakukan
secara terencana, bertahap, dan terus-menerus. Hal ini dilakukan agar
informasi yang diperoleh betul-betul berasal dari gambaran perkembangan hasil
dari proses pembelajaran perkembangan gerak pada Anak usia dini.
C.
Berorientasi pada tujuan artinya
dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan standar. Guru, orang tua,
atau pembina dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud
dalam perilaku dan kemampuan tersebut.
D.
Obyektif artinya penilaian dilakukan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Prasangka, keinginan, serta
perasaan tertentu tidak boleh mempengaruhi penilaian yang dilakukan.
E.
Mendidik artinya penilaian ini dapat
digunakan untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan
hasil pertumbuhan dan perkembangannya.
F.
Kebermaknaan artinya hasil
penilaian harus memiliki arti baik bagi orang tua, guru, pembina, maupun anak
sendiri atau pihak lain yang memerlukannya.
G.
Pengembangan
Cabang Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak Usia Dini
Setelah anak berusia 5 tahun,
mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih
kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Namun perlu diperhatikan
disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak
berusia 8 atau 9 tahun.
Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya
berusaha mencapai targetnya tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target
mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan
agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses.
Dalam olahraga usia dini, target
yang harus dicapai anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan
kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan
peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap
anak, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan. Dalam masa
ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga.
Setelah mereka beranjak dewasa baru lah diberikan latihan-latihan sesuai dengan
proporsinya. Peranan Olahraga usia dini sebagai pembentuk dasar dalam membina
atlit usia lanjut, dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi Olahraga Nasional
maupun Internasional.
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Pentingnya
pendidikan jasmani dan olahraga sejak usia dini merupakan kesempatan emas bagi
anak untuk belajar. Pada usia inilah anak memiliki kemampuan
untuk belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini
merupakan usia emas (golden age) maka pada masa itu perkembangan
anak harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik,
yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan
didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu
berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek
sosial dan emosional.
Perkembangan motorik kasar
merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini. Dengan
adanya perkembangan
motorik kasar, anak menjadi terbiasa dengan bertambahnya secara otomatis sesuai
usia anak. Perkembangan
motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga
pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu
yang tepat (appropriate), bagaimana
jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana
kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak.
Pengembangan
motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya,
karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan membuat anak
kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan
fisik.
Oleh karena
itu pendidikan jasmani dan olahraga sejak usia dini sangatlah penting, dengan
adanya pendidikan jasmani dan olahraga sejak usia dini dapat menjadikan anak
lebih trampil fisik untuk membangun kepercayaan diri.
Dengan
perkataan lain pendidikan jasmani dan olahraga sejak usia dini dapat tercapai
jika dari sebagian pembahasan ini dapat terlaksana secara baik, diantaranya:
a)
Konsep dasar, nilai-nilai Dasar
Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini
b)
Aspek Pertumbuhan dan
Perkembangan Jasmani
c)
Keterampilan Dasar Atlletik,
Permainan, Senam dan Renang
d)
Aplikasi Model-model Pembelajaran
Pendidikan Jasmani
e)
Evaluasi Kuantitatif dan
Kualitatif dan Pengembangan Cabang
Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak Usia Dini.
D.
Saran
Dari artikel
yang sudah saya baca mengenai pendidikan jasmani dan olahraga sejak usia dini,
sebaiknya sejak usia dini sudah ditanamkannya pembinaan olahraga, diarahkan
pada pengenalan dan penguasaan keterampilan dasar suatu cabang olahraga yang
dilengkapi dengan pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik yang bersifat
umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Wasis D. Dwiyogo, M. Pd, Judul Buku:
Aplikasi Teknologi Pembelajaran Media
Pembelajaran Penjas dan Olahraga
Dr. Roesdiyanto, M. Kes dan I Nengah Sudjana, S. Pd, M.
Pd, Judul Buku: Sejarah
Olahraga dan Pendidikan Jasmani
Prof. Dr. Achmad Paturusi, Drs, S. Sos, M. Kes,
Judul Buku: Manajemen Pendidikan Jasmani
Dan Olahraga
Hibana
S. Sahman, Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, ( Yogyakarta: PGTKI
Press, 2002)
Ibid
Ma,mun,
Amung dan Saputra, Yudha M. 2000.
Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. ( Jakarta: Ditjen Pendidikan
dasar dan Menengah)
Zulkifli,
L,Psikologi
Perkembangan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001)
Masitoh,
dkk, Pendekatan
Belajar Aktif di Taman Kanak-Kanak,( Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2005 )
Zulkifli
, Model
Pengembangan Motorik Anak Prasekolah,( Jakarta: Ditjen Olahraga
Depdiknas,2002)
Hurlock,
Elizabeth B, Perkembangan
Anak Jilid I,(Jakarta: Erlangga, 1998)
Zulkifli. Model Pengembangan Motorik
Anak Prasekolah, (Jakarta: Ditjen Olahraga Depdiknas, 2002)
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,
(Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC, 1995)
Sugiyanto
dan Sudjarwo, Perkembangan
dan Belajar Gerak (Jakarta:Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1992)
Sugiyanto, Perkembangan dan Belajar Motorik,
( Jakarta: Universitas Terbuka, 2005)
www.koni.or.id/.../2.%20Pembinaan%20Mental%20Atlit%20usia%20dini%20
Gambar
Sebagian Dari Buku Referensi Tentang Pendidikan Jasmani Dan Olahraga