Friday, December 4, 2015

FISIOLOGI SISTEM IMUN

FISIOLOGI SISTEM IMUN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fisiologi

DOSEN PEMBIMBING:
Rias Gesang Kinanti

Disusun Oleh :
Mohamad Bagus Syarifudin
Zuhair Akhmad N
Ahmad Faizul
Bintang Nuswantoro H
Dimas Abdi G I
Felix Ananta H
Iqbalul Qulub
Muh. Zhifar Marsaoly
Reta Baharullam
Wardiman Majid
 



Add caption


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2015


KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Pemurah, Tugas Fisiologi mengenai fisiologi sistem imun ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Proses penulisan ini mengalami beberapa kendala namun, berkat kesungguhan dan kerja keras serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung, kendala-kendala itu dapat diatasi.
Makalah ini di susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Fisiologi yang telah diberikan oleh Bu Rias Gesang Kinanti selaku dosen penulis
            Harapan penulis, semoga makalah  ini bermanfaat untuk menambah serta memperluas pengetahuan pembaca. Kami sadar bahwa penyusunan makalah  ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari semua pihak khususnya pembaca agar penyusunan makalah bisa lebih baik lagi dan lebih efisien.











Malang, 28 Oktober 2015



Penulis


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan
1.4  Manfaat
1.5  Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Imunologi
A.     Mekanisme Imunitas
B.     Peran Sel Imun
a)      Sel-sel dalam sistem imun
b)      Organ-organ dalam sistem imun
C.     RES (Reticuloendothelial System)
a)      Mekanisme kerja sel imun
2.2  Respon Imun Humoral dan Seluler
A.     Respons Imun Humoral
B.     Respons Imun Seluler
2.3  Pembentukan Antigen Antibodi
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Dewasa ini,semakin banyak penyakit yang bermunculan.Penyakit sistem imun adalah penyakit yang sedang ramai dibahas. Defisiensi sistem imun yang paling melekat dimasyarakat adalah HIV/AIDS, padahal masih banyak penyakit sistem imun yang terdapat disekitar kita. Defisiensi imun disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya virus, mutasi, antigen,genetik dan lain sebagainya.
Melalui makalah ini, penulis mencoba untuk memberikan informasi mengenai Fisiologi sistem imun.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1.      Apakah yang dimaksud dengan imunologi?
2.      Bagaimanakah Mekanisme Imun dan peran Sel Imun dan Res?
3.      Bagaimanakah pembentukan Antigen Antibodi, fungsi dan peran Antigen Antibodi?

1.3  TUJUAN

1.      Mendeskripsikan Apakah yang dimaksud dengan imunologi?
2.      Mendeskripsikan Bagaimana Mekanisme Imun dan peran Sel Imun dan Res?
3.      Mendeskripsikan Bagaimana pembentukan Antigen Antibodi, fungsi dan peran Antigen Antibodi?

1.4  MANFAAT
Setelah membahas ini maka penulis dapat mengetahui tentang imunologi, mekanisme imunitas dan peran sel imun dan res, serta pembentukan antigen antibodi, fungsi dan peran antigen antibody
1.5  METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu metode kepustakaan, dimana data-data yang diperoleh didapatkan melalui buku-buku dan juga dari internet.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunologi
            Imunologi adalah suatu cabang yang luas  yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimunhipersensitivitasdefisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitroin situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.
Mekanisme imunitas, Peran Sel Imun dan RES
A.     Mekanisme imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksibakterivirus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern,  seperti tanamanikanreptil dan serangga.
Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang  disebut defensinfagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusivertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis proteinselorgan tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritisdiabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.

B.     Peran sel imun
Didalam tubuh kita terdapat mekanisme perlindungan yang dinamakan sistem imun. Ia dirancang untuk mempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri, mikroba, virus, racun dan parasit yang setiap saat menyerang tubuh kita.
Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan.
a)      Sel-Sel dalam sistem imun:
1.      Fagosit monokulear
Sistem fagosit monokulear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan makrofag dalam jaringan .
a)      Monosit
Selama hematopoiesis dalam sumsum tulang, sel progenitor granulosit/monosit berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam sirkulasi untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan dalam berbagai fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas sekali di organ limfoid dan organ lainnya.
b)      Makrofag
Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen, berbentuk khusus yang tergantung dari alat/jaringan yang ditempati, dan dinamakan sesuai dengan lokasi jaringan sebagai berikut:
1)      Usus             : makrofag intestinal
2)      Kulit             : sel dendritik atau sel langerhans
3)      Paru              ; makrofag alveolar, sel langerhans
4)      Jaringan ikat ; histiosit
5)      Hati              : sel kuppfer
6)      Ginjal           : sel mesangial
7)      Otak             : sel microglia
8)      Tulang          : osteoklas
Makrofag di aktifkan oleh berbagai rangsanggan, dapat memakan, menangkap, mencerna anti gen eksogen, seluruh mikro organisme, partikel tidak larut dan bahan endogen seperti sel penjamu yang cedera atau mati.
Makrofag sel utama fagositosis. Terdiri dari 2 macam : makrofag bebas dan makrofag fiksasi (tinggal di organ). Sel makrofag sebagai sel APC (Antigen Presenting Cell) yang mempunyai molekul MHC. MHC kelas I aken mengaktivasi sel Tc, Kelas II mengaktivasi sel Th, MHC kelas III menstimulasi sistem komplemen.

2.      Fagosit polimorfonuklear
Fagosit polimorfonuclear atau polimorf atau granulosit dibentuk dalam sumsum tulang dalam kecepatan 8 juta/menit dan hidup selama 2-3 hari, sedang monosit/makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun. Granulosit merupakan sekitar 60-70% dari seluruh jumlah sel darah putihnormal dan dapat keluar dari pembuluh darah.
Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologik menjadi neutrofil dan eosinofil.
a)      Neutrofil
Merupakan sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasi. Biasanya hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 7-10 jam sebelum bermigrasi ke jaringan, dan hidup selama beberapa hari dalam jaringan. Neutrofil mempunyai reseptor untuk IgGdan komplemen
b)      Eosinofil
Merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tannpa alergi. Seperti neutrofil, eosinofil juga dapat berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil dapat pula di rangsang untuk degranulasi seperti halnya dengan sel mast dan basofil serta melepas mediator. Eosinofil juga berperan dalam imunitas parasit dan memiliki berbagai reseptor. Fungsi utama eosinofil adalah melawan infeksi parasit dan dapat juga memakan antigen antibody. Sel lain :
1)      Sel dendritik : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas II
2)      Sel Langerhans : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas II

b)      Organ –Organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid):
Berdasarkan fungsinya :
1)      Organ Limfoid Primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun, yaitu kelenjar timus dan susmsum tulang.
2)      Organ Limfoid Sekunder : organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-proses reaksi imun. Misalnya : nodus limfe, limpa, the loose clusters of follicles, peyer patches, MALT (Mucosa Assosiated Lymphoid Tissue), tonsil.

C.     RES (Reticuloendothelial System)
RES adalah bagian sistem imun yang terdiri dari sel-sel fagosit yang terdapat pada reticular connective tissue terutama adalah monosit dan makrofag.
Human Lymphoid Sistem terdiri dari Pembuluh limfatik, Organ limfoid, sel dan Jaringan imun, dan limfe (cairan sistem limfoid)



a)      Mekanisme Kerja Sel Imun :

1)      NK cell (Natural Killer Cell)
Bekerja secara non-spesifik (tanpa pengenaan lebih lanjut), tapi buka sel fagositik. Bekerja dengan cara kontak langsung dengan sel terinfeksi. NK cell disebut sebagai “immune surveylence” (seperti polisi dalam tubuh). Ketika NK cell menempel pada sel terinfeksi, maka golgi dari NK cell akan mensekresi protein killer (perforin). Perforin ini akan membentuk suatu ‘jembatan’ antara NK cell dengan sel terinfeksi, melalui ‘jembatan’ ini terjadi pengeluaran elektrolit berlebih dari sel terinfeksi yang menyebabkan litik osmotik. Peristiwa penyerangan dengan ‘jembatan’ ini disebut membrane attack complex.
2)      Sel B
Secara umum berfungsi sebagai APC. Sel B akan menerima antigen kemudian melalui MHC kelas II, antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk mengaktivasi sel T helper. Sel T helper akan mensekresikan sitokin yang dapat menstimulasi sel B berproliferasi menjadi sel memori, selain itu juga mengaktifkan sel B untuk menjadi sel plasma penghasil antibodi.
3)      Sel T
Setelah sel B berikatan dengan sel T helper, sel T helper tidak bisa langsung teraktivasi tanpa adanya stimulasi dari Co-stimulatory sitokin. Di antara yang termasuk sitokin adalah : IL (Interleukin I,II,..dst); interferon α,β,γ; Tumor Necrosis Factor; Prostaglandin, dll.
4)      Non Specific Killer Cells.
Yaitu : NK cell dan LAK cell; ADCC (K) cell; Activated macrophage; Eosinophils (diaktivasi oleh IgE karena IgE mentriger/memicu eosinofil untuk mengeliminasi cacing).

2.2 Respon Imun Humoral dan Seluler:
Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki spesifisitas dan memori sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya infeksi berulang. Respons ini diperankan oleh sel fagosit dan sel NK dengan menggunakan faktor soluble yaitu lisosom, komplemen, acute phase proteins (CRP), dan interferon. Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan melalui dua mekanisme pertahanan utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang bersifat bakterisidal dan mekanisme fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4). Sel fagosit akan mengenali berbagai mikroorganisme. Mekanisme ini akan menimbulkan respons inflamasi akibat migrasi sel-sel yang terlibat dalam respons imun serta mengakibatkan vasodilatasi. 
Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terhadap adanya stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki tiga karakter utama, yaitu spesifik, memori, dan intensitas yang bervariasi. Komponen respons imun spesifik terdiri dari respons imun humoral dan respons imun seluler.
A.   Respons Imun Humoral 
Respons imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon) sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori. Antibodi akan berikatan dengan antigen untuk mengaktivasi komplemen yang mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Tiga elemen penting dalam respons imun humoral, yaitu: antibodi, reseptor sel T (T cell receptors), dan molekul MHC (Major Histocompatibility Complex).7,19 Antibodi berfungsi untuk pertahanan host karena menjadikan mikroorganisme infektif sebagai target, merekrut mekanisme efektor host yang dapat merusak, menetralkan toksin, dan menyingkirkan antigen asing dari sirkulasi. TCR berinteraksi bukan dengan antigen secara keseluruhan, tetapi dengan segmen pendek dari asam amino (antigen peptida). Fungsi TCR adalah untuk mengikat dan mengenali kompleks antigen spesifik dengan molekul MHC. MHC berfungsi untuk menentukan kemampuan sistem imun seseorang dalam membedakan self dan nonself, mengatur berbagai interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam respons imun, dan menentukan kemampuan individu untuk bereaksi terhadap antigen spesifik dan kecenderungan untuk menderita kelainan imunologik.
B.   Respons Imun Seluler
Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang berkembang biak intraseluler. Oleh karena itu, sistem imunitas tubuh mengaktivasi limfosit T untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Setelah antigen eksogen diproses oleh APC, akan terbentuk fragmen peptida yang kemudian dapat berinteraksi dengan TCR bersamaan membentuk kompleks dengan MHC. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Th (CD4), untuk mengenal antigen bekerja sama dengan MHC kelas II. Antigen endogen dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh adalah protein yang disintesis virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I pada retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Tc (CD8), untuk mengenali antigen endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I. Sel Th1  Pada dasarnya, respons imun alamiah dan adaptif bekerja saling melengkapi. Sel-sel imun saling berinteraksi dalam regulasi sistem imun.

2.3 Pembentukan Antigen Antibody
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel. Fungsi dan peran anti gen antibody pada mekanisme pertahanan tubuh :
Yang diartikan dengan imunokompromais ialah fungsi sistim imun yang menurun. Sistim imun terdiri atas komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsi masing masing komponen atau keduanya dapat terganggu baik oleh sebab kongenital maupun sebab yang didapat. Pada hal yang akhir, sistim imun tersebut sebelumnya berfungsi baik. Hal inilah yang dalam praktek sehari-hari dimaksudkan dengan imunokompromais.
Keadaan imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapat terjadi oleh infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak), tindakan pengobatan (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum anti-limfosit), neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin, leukemi, mieloma, neutropenia, anemi aplastik, anemi sel sabit), penyakit metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetes melitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi, anestesi) dan lainnya (lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)
Berbagai 'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada di lingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam keadaan normal tidak patogenik atau memiliki patogenesitas rendah, dalam keadaan imunokompromais dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai
Penyakit. Oleh karena itu penderita yang imunokompromais mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan sendiri maupun yang nosokomial dibanding dengan yang tidak imunokompromais. Untuk mengerti hal-hal yang dapat terjadi pada keadaan imunokompromais, komponen-komponen sistim imun dan fungsinya masing-masing, respons imun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti dengan baik.
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan tersebut dinamakan kekebalan. Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:
1.      Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta limfosit peka yang menyerang dan menghancurkan organism spesifik/toksin.
2.      Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap penyakit-penyakit pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh. Kekebalan ini disebabkan oleh proses berikut:
a.       Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan sel dari sistem makrofag jaringan.
b.      Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim
 pencernaan.
c.       Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.
d.      Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organism asing/toksin dan  menghancurkannya.

Tubuh manusia mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-tiap agen penyerang seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini penting sebagai pertahanan terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak mempunyai kekebalan bawaan/alamiah. Tubuh tidak menghambat invasi pada serangan pertama, tetapi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu terserang menyebabkan sistem imun khusus timbul dengan kuat untuk menahan penginvasi/toksin, sehingga timbul daya tahan sangat spesifik untuk penginvasi tertentu dan tidak untuk penginvasi jenis lainnya. Kekebalan didapat sering dapat memberikan proteksi ekstrim, misalnya toksin tertentu/tetanus dapat memproteksi dalam dosis 100 ribu kali jumlah yang akan menimbulkan kematian tanpa kekebalan tersebut. Karena alas an ini proses yang dikenal dengan vaksinasi sangat penting dalam melindungi manusia terhadap penyakit tertentu. Dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis dasar kekebalan yang didapat/khusus  dan berhubungan sangat erat, yaitu:
1.      Kekebalan humoral, tubuh manusia membentuk antibodi yang beredar,
yang merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.
2.      Kekebalan seluler/limfositik, didapat melalui pembentukan limfosit yang
sangat khusus dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yang
mempunyai kemampuan menyerang agen asing dan menghancurkannya.
Tiap-tiap toksin atau jenis organisme penginvasi mengandung satu senyawa kimia spesifik atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya. Umumnya senyawa ini adalah suatu protein, polisakarida besar, atau kompleks lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan kekebalan didapat, zat ini disebut antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung yang ditransplantasikan dari manusia lain juga mengandung sejumlah antigen yang dapat menimbulkan proses imun dan selanjutnya menyebabkan destruksi cangkokan.
Zat-zat yang bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekul yang besar, selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai prostetik yang secara teratur timbul pada permukaan molekul besar, yang mungkin menerangkan mengapa protein dan polisakarida hampir selalu bersifat antigenik, karena mereka mempunyai kedua jenis sifat streokimia ini.
Kekebalan didapat adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yang secara genetik tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi atau zat kimia, kekebalan didapatnya tidak terbentuk. Jaringan limfoid hampir selalu terletak pada nodus limfatikus, tetapi juga ditemukan dalam jaringan limfoid khusus seperti limpa, daerah submukosa saluran pencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum tulang.
Walaupun sebagain besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel ini secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:
1.      Limfosit T, bergantung jawab dalam pebentukan limfosit yang disensitisasi
 yang memberikan kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam
 timus.
2.      Limfosit B, untuk pembentukan antibodi yang memberikan kekebalan
humoral, dimana limfosit B dibentuk dalam hati fetus.
Limfosit bersikulasi dalam darah selama beberapa jam tetapi kemudian terjebak oleh jala retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit terus berproduksi dan tumbuh jaringan limfoid seluruh tubuh.
Sebenarnya bila orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proses kekebalan didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya, mekanisme kekebalan normal mengenali jaringannya sendiri sebagai.



BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Dari makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. mekanisme imunitas pada organisme berfungsi  melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksibakterivirus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.  Peran sel-sel imun dikerahkan ke tempat infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan.
RES adalah bagian sistem imun yang terdiri dari sel-sel fagosit yang terdapat pada reticular connective tissue terutama adalah monosit dan makrofag. Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri.
3.2  SARAN
Dalam keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, tentu dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan dalam penulisan makalah ini, maka untuk itu penulis sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen pengajar serta teman-teman, sehingga dapat penulis gunakan sebagai acuan dalam penulisan berikutnya.
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam kegiatan di masyarakat dan bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaik – baiknya  sebagai penambah  ilmu pengetahuan.










DAFTAR PUSTAKA
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian, Edisi kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.
Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta: EGC
Perry, Potter Peterson. 2005. Keterampilan dan Prosedur dasar. Jakarta: EGC
Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC.
Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC


No comments:

Post a Comment