MODEL
– MODEL INTERVENSI PERKEMBANGAN
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan
Peserta Didik
DOSEN PEMBIMBING:
Diniy
Hidayatur Rohman
Disusun Oleh :
Mohamad
Bagus Syarifudin (150631600497)
Ilham
Akbar. F (150631604516)
M. Aris
Panggih. K (150631603269)
Reta
Baharullam (150631606718)
PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGA
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
NOVEMBER 2015
KATA
PENGANTAR
Berkat
Rahmat Tuhan Yang Maha Pemurah, Tugas Perkembangan peserta didik mengenai
model-model intervensi perkembangan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Proses penulisan ini mengalami beberapa kendala namun, berkat kesungguhan dan
kerja keras serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun secara tidak langsung, kendala-kendala itu dapat diatasi.
Makalah
ini di susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Perkembangan Peserta Didik yang
telah diberikan oleh Bapak Diniy Hidayatur Rohman selaku dosen penulis
Harapan
penulis, semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah serta memperluas
pengetahuan pembaca. Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna.Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan dari semua pihak khususnya pembaca agar penyusunan makalah bisa lebih
baik lagi dan lebih efisien.
Malang, 28 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan Penulis
1.4 Manfaat
Penulis
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengaruh Pola Asuh
A. Pengertian Pola Asuh
B. Hakikat Pola
Asuh
C. Keluarga
D. Hakikat Anak
Usia Dini
2.2 Penerapan
Bimbingan
A.
Pengertian
Bimbingan
B.
Contoh Bimbingan pada Siswa
C.
Pengertian
Konseling
D.
Hubungan Bimbingan dan Konseling
E.
Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Aktifitas
di sekolah, siswa memerlukan bimbingan bukan hanya sekedar
pembelajaran. Rekan siswa untuk menjadi pembimbing yang paling baik dan efektif
adalah guru mata pelajaran. Namun tentu saja untuk mendapatkan hasil siswa yang
di bimbing dengan benar. Guru mata pelajaran harus mempunyai pengetahuan
tentang pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Agar dapat
membimbing anak kearah yang lebih optimal dan tidak sembarangan.
Dengan
adanya bab mengenai model-model intervensi perkembangan ini. Mahasiswa jadi
benar-benar paham cara memposisikan diri dalam bimbingan di sekolah pada anak
didiknya kelak. Mata kuliah ini di gunakan untuk membekali mahasiswa
sebagai calon guru sekolah menengah agar mampu menyelenggarakan
pembelajaran yang membimbing dan memberikan pelayanan dasar-dasar bimbingan
sesuai dengan kewenanganya. Sehingga menunjang pembekalan untuk mahasiswa.
Pembahasan dilakukan tentang model-model intervensi
perkembangan. Pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan
perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan peserta didik, namun juga
tetapi perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena
setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat
memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan
konseling.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian Pola Asuh ?
2.
Apa Pengertian Bimbingan ?
3.
Apa Pengertian Konseling ?
4.
Bagaimana cara menerapan
pola asuh pada seorang anak?
5.
Bagaimana penerapan bimbingan dan
konseling di sekolah?
1.3 Tujuan
Penulis
1.
Mendeskripsikan Apa Pengertian
Pola Asuh ?
2.
Mendeskripsikan Apa Pengertian
Bimbingan ?
3.
Mendeskripsikan Apa Pengertian
Konseling ?
4.
Untuk mengetahui pengaruh pola
asuh orang tua.
5.
Untuk mengetahui penerapan
bimbingan dan konseling di sekolah.
1.4 Manfaat
Penulis
a)
Dapat memberikan pemahaman
tentang pengaruh pola asuh orang tua.
b)
Untuk menerapkan bimbingan dan
konselingpada anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Pola Asuh
A.
Pengertian
Pola Asuh
Pola
asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (Anton Moeliono), bahwa kata pola memiliki arti sebagai berikut:
1)
Sistem: cara kerja
2)
Bentuk (struktur) yang tetap
sedangkan
kata asuh memiliki arti sebagai berikut :
1)
Menjaga (merawat dan mendidik)
anak kecil.
2)
Membimbing (membantu, melatih dan
sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri.
Dapat
dijabarkan bahwa pengertian pola asuh adalah sistem, cara kerja atau bentuk
dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil supaya dapat
berdiri sendiri.
B.
Hakikat
Pola Asuh
Pola
asuh merupakan suatu cara yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik
seorang anak sebagai wujud pertanggung jawaban orang tua terhadap anaknya.Tiga
macam pola asuh orang tua menurut Santrock (2002), yaitu:
1)
Pola asuh authoritative atau
otoritatif atau demokratis
a)
Kontrol terhadap anak relatif
longgar.
b)
Terjadi komunikasi dua arah
antara anak dan orangtua.
c)
Hukuman diberikan sesuai dengan tingkat
kesalahan anak.
d)
Pembentukan disiplin atas dasar
komitmen bersama antara anak dengan orang tua.
2)
Pola asuh authoritarian atau
otoriter
a)
Kontrol terhadap anak ketat.
b)
Komunikasi lebih didominasi oleh
orangtua, tapi masih ada penghargaan kepada anak.
c)
Hukuman diberikan atas dasar
kesalahan yang dilakukan oleh anak.
d)
Pembentukan disiplin diarahkan
oleh orangtua.
3)
Pola asuh permissive
a)
Tidak ada kontrol terhadap anak.
b)
Komunikasi sangat rendah
c)
Hukuman hampir tidak diberikan
kepada anak.
d)
Pembentukan disiplin diserahkan
kepada anak.
Pola
asuh merupakan perilaku fisik maupun psikologis yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya untuk
membentuk kepribadian anak dalam menuju kedewasaan.
C.
Keluarga
Dalam
pengertian psikologis, keluarga merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama
dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan
saling menyerahkan diri. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah
keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak dalam mengembangkan kreativitas diri.
Keluarga dikatakan utuh apabila di samping lengkap anggotanya terutama
anak-anaknya. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi
dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadanya ayah atau
ibu dirumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara prikologis.
Dalam
buku Pola Asuh Orang Tua yang ditulis oleh Moh. Shochib, David (1992 : 33-34)
mengkategorikan keluarga dalam pengertian sebagai keluarga seimbang, keluarga
kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau, dan keluarga simbiotis.
Pendapat
lain disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (1962 : 100) yang menyatakan
bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting karena
sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi
pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia.
Keluarga
seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah
dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam keluarga ini orang
tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Anak-anak merasa aman, walaupun
tidak selalu disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika
bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi
dan diupayakan untuk dipecahkan bersama.
D.
Hakikat
Anak Usia Dini
Anak
usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi mortorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional
(sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2005 : 88).
Usia
dini biasa di sebut dengan golden age karena fisik dan motorik anak berkembang
dan bertumbuh dengan cepat, baik perkembangan emosional, intelektual, bahasa
maupun moral (budi pekerti). Bahkan ada yang menyatakan bahwa pada usia empat
tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% kecerdasan tercapai pada usia
delapan tahun.Adalah hal lumrah jika banyak pihak begitu memperhatikan
perkembangan anak usia emas yang tak akan terulang lagi ini (Partini, 2010 :2).
Anak
usia dini adalah anak yang sedang mengalami masa kanak-kanak awal, yaitu
berusia 2-6 tahun yang akan ditumbuhkan kemampuan emosinya agar setelah dewasa
nanti berkemungkinan besar memiliki kecerdasan (Yasin, 2007 : 10).
2.2 Penerapan Bimbingan
A.
Pengertian
Bimbingan
Pengertian Bimbingan
Menurut para Ahli, Bimbingan
adalah proses pemberian
bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Istilah
bantuan dalam bimbingan tidak diartikan sebagai bantuan material (seperti uang,
hadiah, sumbangan, dan lain-lain), melainkan bantuan yang bersifat menunjang
bagi pengembangan pribadi bagi individu yang dibimbing. Bimbingan merupakan
suatu proses yang mengandung pengertian bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan, bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Dalam proses
bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan
sebagai fasilitator perkembangan individu. Dalam bimbingan, yang aktif dalam
mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu
itu sendiri.
ILUSTRASI
B.
Contoh
Bimbingan pada Siswa
Masa
remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagaian sudah tidak
menunjukkan sifat-sifat masa kanak-kanaknya, tetapi juga belum menunjukkan
sifat-sifat sebagai orang dewasa. Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 -
21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai
berikut :
a)
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
b)
Masa pubertas (14 - 16
tahun)
c)
Masa akhir pubertas (17 - 18
tahun)
d)
Periode remaja Adolesen (19 - 21
tahun)
Di
sekolah, pendidik memilki peran yang sangat penting dalam perkembangan moral,
karena seorang pendidik dapat mengembangkan nilai-nilai moral kepada peserta
didiknya, sebagai berikut:
1.
Memperkenalkan nilai-nilai moral
yang berlaku di masyarakat.
2.
Mengembangkan rasa empati peserta
didik, supaya mereka lebih memperhatikan orang lain.
3.
Membangkitkan perasaan bersalah.
4.
Memperkuatkan kata hati.
5.
Menciptakan komunikasi antara
pendidik dengan peserta didik. Di samping itu pendidik memberikan berbagai
informasi yang berhubungan dengan moral, memberikan kesempatan kepada peserta
didiknya untuk ikut serta dalam pembicaraan pengambilan suatu keputusan dan
dalam pengembangan aspek moral.
6.
Menciptakan iklim lingkungan yang
konduksif. Untuk ini pendidik harus memberi model atau contoh mengenai perilaku
yang bermoral. Peserta didik selain mempunyai lingkungan sekolah, juga
mempunyai lingkungan keluarga, organisasi dan masyarakat. Maka para orangtua,
tokoh masyarakat, pimpinan organisasi (pramuka, palang merah,
karangtaruna, organisasi pemuda lainya) harus memberi contoh mengenai perilaku
yang bermoral.
C.
Pengertian
Konseling
Apa
itu Konseling?,
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling, mempunyai makna sebagai
hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor)
berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang
akan datang (Natawijaya, 1987). Sedangkan menurut Surya (1988), pengertian
konseling adalah seluruh upaya bantuan yang diberikan konselor kepada
konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk
dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang. Dalam pembentukan konsep kepribadian yang sewajarnya mengenai : dirinya sendiri,
orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak
dicapai, dan kepercayaan diri.
ILUSTRASI
D.
Hubungan
Bimbingan dan Konseling
Istilah
bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang sangat
erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah
bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan
konseling (guidance and counseling). Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa
tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dengan konseling atau
keduannya memiliki makna yang identik. Namun sementara pihak ada yang
berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua pengertian yang
berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap
identik dengan psychoterapy, yaitu usaha menolong orang-orang yang mengalami
gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap identik dengan
pendidikan. Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa konseling merupakan
salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari
keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya sekarang
banyak dianut.
Rogers
(dalam Kusmintardjo, 1992) memberikan pengertian konseling sebagai berikut:
Counseling is a series of direct contats with the individual which aims to
offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling adalah
serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung dengan individu dengan tujuan
memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya).
Selanjutnya
Mortensen (dalam Jones, 1987) memberikan pengertian konseling sebagai berikut:
Counseling may, therefore, be defined as apeson to person process in which one
person is helped by another to increase in understanding and ability to meet
his problems”. Konseling dapat didefinisikan sebagai suatu proses hubungan
seseorang dengan seseorang di mana yang seorang dibantu oleh yang lainya untuk
menemukan masalahnya. Dengan demikian jelaslah, bahwa konseling merupakan salah
satu teknik pelayanan bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara
memberikan bantuan secara individual (face to face relationship). Bimbingan
tanpa konseling ibarat pendidikan tanpa pengajaran atau perawatan tanpa
pengobatan. Kalaupun ada perbedaan di antara keduanya hanyalah terletak pada
tingkatannya.
E.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan
dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas
perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih
lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai:
1)
Kebahagiaan hidup pribadi sebagai
makhluk Tuhan.
2)
Kehidupan yang produktif dan
efektif dalam masyarakat.
3)
Hidup bersama dengan
individu-individu lain.
4)
Harmoni antara cita-cita mereka
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dengan
demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk:
1)
Mengenal dan melaksanakan tujuan
hidupnya serta merumuskan rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu.
2)
Mengenal dan memahami
kebutuhannya secara realistis.
3)
Mengenal dan menanggulangi
kesulitan-kesulitan sendiri.
4)
Mengenal dan mengembangkan
kemampuannya secara optimal.
5)
Menggunakan kemampuannya untuk
kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama.
6)
Menyesuaikan diri dengan keadaan
dan tuntutan di dalam lingkungannya.
7)
Mengembangkan segala yang
dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas perkembangannya
sampai batas optimal.
Secara
khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik,
dapat:
1)
Mengembangkan seluruh potensinya
seoptimal mungkin.
2)
Mengatasi kesulitan dalam
memahami dirinya sendiri.
3)
Mengatasi kesulitan dalam
memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan,
sosial-ekonomi, dan kebudayaan.
4)
Mengatasi kesulitan dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya.
5)
Mengatasi kesulitan dalam
menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan.
6)
Memperoleh bantuan secara tepat
dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak
dapat dipecahkan di sekolah tersebut.
Bimbingan
dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi
mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai
yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya sebaik
mungkin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dampak
yang terjadi akibat penerapan pola asuh yang salah pada keluaraga akan
menyebabkan pembentukan kepribadian yang salah pada anak. Diharapakan
setiap pendidik harus mampu dan teliti untuk memilih jenis pola asuh
yang baik yang akan diterapkan dalam proses mendidik pada
anak didiknya dan fungsi bimbingan konseling di sekolah untuk
perkembangan piskologi kejiwaan anak sangat diperlukan untuk menambah
kedewasaan masa depannya.
3.2 Saran
Masih
banyak kesalahan dari penulisan ini,penulis butuh saran dan kritik agar bisa
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik. Penulis ucapkan terima kasih atas dosen
pembimbing mata kuliah perkembangan peserta didik Bapak
Diniy Hidayatur Rohman
yang telah memberi penulis
tugas.
Kritik
dan saran selalu penulis
harapkan dari dosen pembimbing, audien atau para pembaca khususnya untuk meningkatkan
pengetahuan yang lebih luas dan untuk memperbaiki tugas-tugas yang selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Universitas Negeri
Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi,
Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian, Edisi kelima. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Hurlock,
Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Hurlock,
Elisabeth. 2006. Perkembangan Anak Jilid2. Ahli bahasa Tjandrasa. Jakarta:
Erlangga.
Salahudin,
Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV Pustaka Setia.
Tahun baru telah menanti kita semua, menjelang akhir tahun kami S1288poker akan membagikan Free chips untuk anda semua member setia S1288poker. Mau chips gratis? dan hadian nya?
ReplyDeleteMari bergabung sekarang juga hanya DI S1288poker
untuk info lebih lanjut silakan hubungi kontak CS S1288poker di bawah ini
BBM - 7AC8D76B
WA - 08122221680
LINE : S1288_POKER
Salam JP
by S1288poker.