PENGERTIAN LARI
TUGAS MANDIRI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Atletik
yang dibimbing oleh Taufik
Disusun
Oleh
Nama : Moh. Bagus Syarifudin
Nim :
150631600497
Kelas / Off : A / A
Fak / Jur / Prodi :FIK / PKO
/ S1 PKO
Add caption |
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN
OLAHRAGA
September 2015
SPRINT
(LARI JARAK PENDEK)
Pengertian Lari jarak pendek adalah
lari yang menempuh jarak antara 50 m sampai dengan jarak 400 m. oleh karena itu
kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan. Kecepatan dalam lari
jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang
dirubah menjadi gerakan halus lancer dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi
pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi.
Seoarang pelari jarak pendek
(sprinter) yang potensial bila dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot
persentase serabut otot cepat (fast twitch) lebih besar atau tinggi dengan
kemampuan sampai 40 kali perdetik dalam vitro disbanding dengan serabut otot
lambat (slow twitch) dengan kemampuan sampai 10kali perdetik dalam vitro. Oleh
karena itu seorang pelari jarak pendek itu dilahirkan /bakat bukan dibuat.
Suatu analisa structural prestasi
lari jarak pendek dan kebutuhan latihan dan pembelajaran untuk memperbaiki
harus dilihat sebagai suatu kombinasi yang kompleks dari proses-proses biomekanika,
biomotor, dan energetic.
Lari
jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap berlari terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
v Tahap
reaksi dan dorongan (reaction dan drive)
v Tahap
percepatan (acceleration)
v Tahap
tansisi/perobahan (transition)
v Tahap
kecepatan maksimum (speed maximum)
v Tahap
pemeliharaan kecepatan (maintenance speed)
v Finish
Tujuan lari jarak pendek adalah untuk
memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke
depan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah
(jumlah langkah persatuan waktu). Oleh karena itu, seorang pelari jarak pendek
harus dapat meningkatkan satu atau kedua-duanya.
Urutan Gerak Keseluruhan
Urutan Gerak Keseluruhan
Urutan gerak dalam berlari bila
dilihat dari tahap-tahapnya adalah tahap topang yang terdiri dari topang depan
dan satu tahap dorong, serta tahap melayang yang terdiri dari tahap ayun ke
depan dan satu tahap pemulihan atau recovery.
Tahap Topang (support phase), pada
tahap ini bertuuan untuk memperkecil penghambatan saat sentuh tanah dan
memaksimalkan dorongan ke depan. Bila dilihat dari sifat-sifat teknisnya adalah
mendarat pada telapak kaki (ballfoot).
Tahap melayang (flaying phase), pada
tahap ini bertujuan untuk memaksimalkan dorongan ke depan dan untuk
mempersiapkan suatu penempatan kaki yang efektif saat sentuh tanah. Bila
dilihat dari sifat-sifat teknis pada tahap ini adalah lutut kaki ayun bergerak
ke depan dan ke atas (untuk meneruskan dorongan dan menambah panjang langkah)
Tahap – Tahap Pembelajaran
Pembelajaran lari jarak pendek
(sprint) terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
v Tahap
Bermain (games)
v Tahap
Teknik Dasar (Basic of Technic)
v Tahap
Bermain, Pada tahap ini bertujuan untuk mengenalkan masalah gerak (movement
problem) lari jarak pendek langsung, dan cara lari jarak pendek yang benar
ditinjau secara anatomis, memperbaiki sikap berlari jarak pendek serta
meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Tujuan khusus dalam bermain lari jarak
pendek adalah meningkatkan reaksi bergerak, kecepatan dan percepatan gerak
siswa, serta koordinasi gerak siswa dalam berlari. Dalam bermain aa beberapa
bentuk yang dapat diberikan, yaitu bentuk perorangan, kelompok kecil atau
kelompok besar.
v Tahap
Teknik Dasar (Basic of Technic)
Tahap ini bertujuan untuk mempelajari dasar gerak lari jarak pendek yang sistematis. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut :
Tahap ini bertujuan untuk mempelajari dasar gerak lari jarak pendek yang sistematis. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut :
1.
Latihan Dasar ABC
Tahap ini bertujuan mengembangkan keterampilan dasar lari dan mengembangkan koordinasi gerak lari jarak pendek. Adapun latihannya adalah : Tumit menendang pantat (A) ; Gerak ankling (B); lutut diangkat tinggi (C) ; Lutut diangkat tinggi dan kaki diluruskan (D).
Tahap ini bertujuan mengembangkan keterampilan dasar lari dan mengembangkan koordinasi gerak lari jarak pendek. Adapun latihannya adalah : Tumit menendang pantat (A) ; Gerak ankling (B); lutut diangkat tinggi (C) ; Lutut diangkat tinggi dan kaki diluruskan (D).
2.
Latihan Dasar Koordinasi ABC
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan keteramilan dan koordinasi lari cepat.
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan keteramilan dan koordinasi lari cepat.
3.
Lari Cepat Dengan Tahanan
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan tahap dorong atau support phase dan kekuatan khusus. Pada tahap ini dapat menggunakan tahanan dari teman atau suatu alat penangan misalnya ban mobil atau beberapa ban motor, lakukan dngan tidak melebihi berat tahanan, serta guru memperhatikan kaki topang betul-betul lurus dan kontak dengan tanah sesingkat mungkin.
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan tahap dorong atau support phase dan kekuatan khusus. Pada tahap ini dapat menggunakan tahanan dari teman atau suatu alat penangan misalnya ban mobil atau beberapa ban motor, lakukan dngan tidak melebihi berat tahanan, serta guru memperhatikan kaki topang betul-betul lurus dan kontak dengan tanah sesingkat mungkin.
4.
Lari Mengejar
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kecepatan reaksi dan percepatan lari. Latihan ni dapat menggunakan tomgkat atau tali sepanjang 1,5 m; mulailah dengan berlari pelan-pelan setelah teman pasangan di depan melepaskan tongkat atau tali siswa yang dibelakang mengejar sampai batas yang telah ditentukan.
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kecepatan reaksi dan percepatan lari. Latihan ni dapat menggunakan tomgkat atau tali sepanjang 1,5 m; mulailah dengan berlari pelan-pelan setelah teman pasangan di depan melepaskan tongkat atau tali siswa yang dibelakang mengejar sampai batas yang telah ditentukan.
5.
Lari Percepatan
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan lari percepatan dan keceatan maksimum. Buatlah tanda untuk menandai daerah 6 m, satu teman menunggu di ujung batas yang telah ditentukan, dan pelari yang dibelakang berlari optimum dan percepatlah berlari bila pelari yang dating mencapai daerah 6 m dan pelari yang di depan mulai berlari secepat mungkin bila pelari belakang telah menginjak garis 6 m dibelakangnya.
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan lari percepatan dan keceatan maksimum. Buatlah tanda untuk menandai daerah 6 m, satu teman menunggu di ujung batas yang telah ditentukan, dan pelari yang dibelakang berlari optimum dan percepatlah berlari bila pelari yang dating mencapai daerah 6 m dan pelari yang di depan mulai berlari secepat mungkin bila pelari belakang telah menginjak garis 6 m dibelakangnya.
6.
Start Melayang Lari Sprint 20 m
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kecepatan maksimum. Untuk melakukannya buatlah tanda 20 m dan gunakan awalan antara 20 sampai 30 m tetapi bias disesuaikan dengan keadaan lapangan antara 10 sampai 20 m, selanjutnya siswa berusahamelewati batas yang telah ditentukan dengan kecepatan maksimum.
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kecepatan maksimum. Untuk melakukannya buatlah tanda 20 m dan gunakan awalan antara 20 sampai 30 m tetapi bias disesuaikan dengan keadaan lapangan antara 10 sampai 20 m, selanjutnya siswa berusahamelewati batas yang telah ditentukan dengan kecepatan maksimum.
Lari
Sprint 100m
TEKNIK
LARI SPRINT 100m
Atletik adalah aktifitas jasmani yang
kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti
berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui
sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan
di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi
athletik amatir internasional tahun 1912.
Atletik pertama kali diperkenalkan di
Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12
Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak
dibidang atletik dengan nama Persatuan Sprint atau lari cepat merupakan salah
satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik. Sprint atau lari cepat
merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan
maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter masih
digolongkan dalam lari cepat atau sprint.
Menurut Arma abdoellah (1981; 50)
pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian
dengan adanya perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula
beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan
perbedaan atau pembagian jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 –
400 meter), lari menengah (800 – 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau
lebih). Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start
ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal.
Beberapa faktor yang mutlak
menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint,
dan finish.
Penguasaan teknik merupakan kemampuan
untuk memahami atau mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian
pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan
pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan sebagai
kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat
menggunakan teknik lari sprint dengan baik.
Penguasaan teknik dipengaruhi
beberapa dua faktor, yaitu:
a)
Pengetahuan
Menurut
Jujun S. Suriasumantri (1993: 103) pengetahuan pada hakekatnya adalah merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek termasuk kedalamnya ilmu.
Sedangkan
menurut Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar (2006; 85) pengetahuan adalah apa
yang kita ketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil
dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua
milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha
manusia untuk tahu.
b)
Aplikasi atau penerapan
Aplikasi teknik merupakan penerapan
penggunaan teknik lari sprint yang dilakukan oleh atlet didalam perlombaan.
Didalam suatu perlombaan atlet akan berusaha untuk mengeluarkan semua kemampuan
yang dimiliki untuk mencapai penampilan terbaik dan prestasi maksimal. Setiap
atlet memiliki kemampuan yang berbeda dan cara yang berbeda pula dalam
menerapkan atau mengaplikasikan teknik sprint dalam perlombaan. Seperti yang dikatakan IAAF (1993; 115) kemampuan
untuk melakukan suatu teknik yang sempurna adalah tidak sama sebagai seorang
pelaku yang penuh ketangkasan. Atlet yang tangkas memiliki teknik yang baik dan
konsisten dan juga tahu kapan dan bagaimana menggunakan teknik guna
menghasilkan prestasi yang baik.
Sprint
Pengertian sprint
Lari cepat
atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan
kecepatan
maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 40meter masih
dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari
cepat yaitu,
perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang
menempuh
jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Nomor lomba atau event lari sprint
menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor
saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari
tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam
sesuai dengan
event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata
adalah
‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat
dan cepat
dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien
dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi.
Kelangsungan gerak lari cepat atau
sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
(A)
Start, (B) gerakan lari cepat, (C)
Gerakan finish.
Pengertian teknik,
Teknik
merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara
yang paling
efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang
dihadapi dan
dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson Peter J.L,
1993; 115).
Menurut suharno (1983) yang dikutip
Djoko Pekik Irianto (2002; 80) teknik adalah suatu proses
gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin
untuk
menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan cara
paling
efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang
dihadapi
dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.
Teknik lari sprint,
Teknik adalah
sangat kritis terhadap prestasi selama suatu lomba lari sprint. Melalui
tahapan lomba
tuntutan teknik sprint beragam seperti halnya aktivitas otot-otot, pola
waktu mereka
dan aktivitas metabolik para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi
tujuan
utamanya adalah untuk mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di
tempat.
Tujuan utama lari sprint adalah untuk
memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan
badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah
dan
frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan
satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama
perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada
tanah didalam waktu yang pendek.
Teknik yang baik ditandai oleh
mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan
suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).
Teknik lari sprint lari 100m dapat
dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Tahap reaksi dan dorongan
2.
Tahap lari akelerasi
3.
Tahap transisi/perubahan
4.
Tahap kecepatan maksimum
5.
Tahap pemeliharaan kecepatan
6.
Finish
Lomba lari sprint yang lain mengikuti
pola dasar yang sama, tetapi panjang dan pentingnya tahapan relatif bervariasi.
Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi
langkah (jumlah langkah dalam per satuan waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat
seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya.
Hubungan optimal antara panjang
langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi tahap-tahap lomba yang berbeda-beda.
Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu:
1.
Start
Menurut IAAF (2001;6) suatu start
yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut;
a)
Konentrasi penuh dan menghapus semua
gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba “bersediaaaaa”
b)
Meng-adopsi sikap yang sesuai pada
posisi saat aba-aba “siaaap”
c)
Suatu dorongan explosif oleh kedua
kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang maksimal
Teknik yang digunakan untuk start
harus menjamin bahwa kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh
atlet sedekat mungkin dengan sudut-start optimum 450. setelah kemungkinan
reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari) percepatan yang
kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus menjurus
kemungkinan maksimum.
Ada tiga variasi dalam start-jongkok
yang ditentukan oleh penempatan start-blok relative terhadap garis start:
a)
Start-pendek (bunch-start)
b)
Start-medium (medium-start)
c)
Start-panjang (elongated-start)
Start medium adalah umumnya yang
disarankan, sejak ini memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya
dalam waktu yang lebih lama daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan
lebih tinggi), tetapi tidak menuntut banyak kekuatan seperti pada start-pendek
(bunch-start). Suatu pengkajian terhadap teknik start-jongkok karenanya dapat
dimulai dengan start medium.
Ada tiga bagian dalam gerakan start,
yaitu:
a)
Posisi “bersediaaa” Pada posisi ini
sprinter mengambil sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang paling cepat/tangkas
ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang paling depan. Tangan diletakkan
dibelakang garis start dan menopang badan, Kaki belakang ditempatkan pada
permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala segaris
dengan tubuh.
b)
Menurut IAAF (2001;8) posisi “siaaap”
ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet menerima suatu posstur dalam
posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut optimum dari tiap kaki untuk
mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat gravitasi ketika kaki
diluruskan dan pegangan awal otot-otot diperlukan bagi suatu kontraksi explosif
dari otot-otot kaki.
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap”
yang optimum daya adalah :
1.
Berat badan dibagikan seimbang
2.
Poros pinggul lebih tinggi daripada
poros bahu
3.
Titik pusat gravitasi kedepan
4.
Sudut lutut 900 pada kaki depan,
5.
Sudut lutut 1200 pada kaki belakang
6.
kaki diluruskan menekan start blok
c)
Posisi (aba-aba) “ya” Daya dorong
tungkai dan kaki dalam start dapat dianalisa dengan menggunakan papan- pengalas
daya dibangu pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu pada pada saat
start, impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter. Kekuatan
impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki dapat catat.
Ciri kunci yang untuk diperhatikan
adalah:
1.
kaki belakang bergerak lebih dahulu.
Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya kekuatan yang puncaknya sangat tinggi
dikenakan mengawali gerak akselerasi dari titik pusat gravitasi atlet dengan
cepat menurun.
2.
Penerapan daya kekuatan dari kaki
depan dimulai sedikit lambat yang memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat
gravitasi untuk berlanjut setelah dorongan kaki belakang menghilang, dan
berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Kenyataannya, daya kekuatan daya
kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira dua kali lipat dari daya kaki-belakang.
Tahap pemulihan (recovery). Otot-otot
flexor lutut mengangkat tumit kedepan pantat dengan pembengkokan (flexio)
kedepan serentak dari otot-otot paha. Tungkai bawah tetap ditekuk ketat
terhadap paha mengurai momen inertia. Lutut yang memimpin dipersiapkan untuk
suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah dalam langkah mencakar
berikutnya. Lutut dorong yang aktif mennyangga pengungkit pendek dari kaki ayun.
Kecepatan sudut optimal pada paha berayun kedepan menolong menjamin frekuensi
langkah lari yang tinggi.
Tujuan dan fungsi dari tahap ini
adalah agar kaki dorong putus kontak dengan tanah. Kaki rilex, mengayun aktif
menuju pembuatan langkah diatas lutut kaki sangga dan sebagai tahap lanjutan
dan persiapan angkatan lutut. Adapun ciri-ciri atau tanda-tanda tahap ini
adalah:
1.
Ayunan rilex kaki belakang yang tidak
disangga sampai tumit mendekati panta. Bandul pendek ini sebagai hasil
kecepatan sudut yang tinggi memungkinkan membuat langkah yang cepat.
2.
Angkatan tumit karena dorongan aktif
lutut, dan harus menampilkan relaksasi total dari semua otot yang terlibat.
3.
Perjalanan horizontal pinggul
dipertahankan sebagai hasil dari gerakan yang dijelaskan.
Tahap Ayunan Depan
Tahap angkat lutut. Tahap ini
menyumbangkan panjang langkah dan dorongan pinggang. Persiapan efektif dengan
kontak tanah. Sudut lutut yang diangkat kira-kira 150 dibawah
horizontal.
Gerakan kebelakang dari tungkai bawah sampai sutau gerakan mencakar aktif
dari kaki
diatas dari dasar persendian jari-jari kaki dalm posisi supinasi dari kaki.
Kecepatan
kaki dicapai dengan bergerak kebawah/kebelakang sebagai suatu indicator
penanaman
aktif dari hasil dalam suatu kenaikan yang cepat dari komponen daya
vertikal.
Tujuan dan fungsi tahap ini adalah
agar lutut diangkat, bertanggung jawab terhadap panjang langkah yang
efektif , dalam kaitan dengan ayunan lengan yang intensif.
Teruskan dan
jamin jalur perjalanan pinggang yang horizontal. Persiapan untuk mendarat
enggan suatu
gerakan mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap angga depan.
Tahap ini memiliki sifat-sifat atau
tanda-tanda, yaitu:
1. Angkatan
paha/lutut horizontal hampir horizontal, melangkahkan kaki sebaliknya sebagai
prasyarat paling penting dari suatu langkah-panjang cepat dan optimal.
2. Gerakan
angkat lutut dibantu oleh penggunaan lengan berlawanan diametris yang intenssif.
3. Siku
diangkat keatas dan kebelakang.
4. Dalam
lanjutan dengan ayunan kedepan yang rilex dari tungkai bawah karena pelurusan paha
secara aktif, dengan niat memulai gerak mencakar dari kaki aktif.
Tahap sangga/topang depan
Tahap amortisasi. Pemulihan dari
tekanan pendaratan adalah ditahan. Ada alat peng- aktifan awal otot-otot
yang tersedia didalam yang diawali dalam tahap sebelumnya. Ide-nya guna
menghindari adanya efek pengereman/hambatan yang terlalu besar dengan
membuat lama
waktu tahap sangga/topang sependek mungkin.
Tahap ini mempunyai tujuan dan fungsi
sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama. Mengontrol tekanan kaki
pendarat oleh otot-otot paha depan yang diaktifkan sebelumnya
dan otot-otot
kaki bertujuan untuk membuat ssuatu gerak explossif memperpanjang
langkah
sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifat atau tanda sebagai berikut:
1. Gerakan
mencakar aktif dari sisi luar telapak kaki dengan jari-jari keatas.
2. Jangkauan
kedepan aktif harus tidak menambah panjang-langkah secara tak wajar, namun
mengizinkan pinggang (pusat gravitassi tubuh) berjalan cepat diatas titik
sanggah kaki.
3. Hindari
suatu daya penghambat yang berlebih-lebihan.
4. Waktu
kontak dalam sanggah depan harus sesingkat mungkin.
Tahap sangga/topang belakang
Besarnya impuls dan dorongan
horizontal diberi tanda. Lama penyanggaan itu adalah singkat saja. Sudut
dorongan sedekat mungkin dengan horizontal. Ada suatu perluasan
elastik dari
dari sendi kaki, lutut dan pinggul. Menunjang gerakan ayunan linier lengan
oleh suatu
angkatan efektif dari siku dalam ayunan kebelakang, dan ayunan kaki
meng-intensifkan dorongan dan menentukan betapa efektifnya titik pusat massa
tubuh dikenai oleh gerakan garis melintang dari perluasan dorongan.
Togok badan menghadap kedepan.
Kriteria untuk tahap-tahap
penyanggaan ini adalah:
1. Waktu
singkat dari periode sangga/topang keseluruhan
2. Suatu
impuls akselerasi yang signifikan pada tahap topang belakang
3. Suatu
waktu optimum dari impuls percepatan pada tahap topang/sangga belakang
4. Hampir
tidak ada daya pengereman/hambatan pada tahap sanggahan.
Tujuan dan fungsi dari tahap ini
adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga untuk waktu singkat, dan sebagai
persiapan dan pengembangan suatu dorongan horizontal yang
cepat. Tahap
ini memiliki sifat-sifat atau tanda, yaitu:
1. Menempatkan
kaki dengan aktif, disusl dengan pelurusan sendi-sendi: kaki, lutut, pinggul.
2. Menggunakan
otot-otot plantar-flexor dan emua otot-otot pelurus kaki korset.
3. Badan
lurus segaris dan condong kedepan kurang lebih 850 dengan lintasan.
4. Penggunaan
yang aktif lengan yang ditekuk kurang lebih 900 ke arah berlawanan dari arah
lomba.
5. Siku
memimpin gerakan lengan
6. Otot-otot
kepala, leher, bahu dan badan dalam keadaan rilex.
7. Tahap
permulaan gerak kaki ayun lutut diangkat.
2. Penguasaan
teknik sprint
Dalam penguasaan teknik sprint
terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung demi tecapainya penguasaan teknik
yang baik. Menurut Thomson Peter J.L (1993; 68) ada 5 (lima) kemampuan biomotor
dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran atau komponen-komponen fitnes yaitu
kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan, dan koordinasi.
a) Kekuatan.
Adalah kemampuan badan dalam
menggunakan daya. Kekuatan dapat dirinci menjadi
tiga
tipe atau bentuk, yaitu:
1.
kekuatan maksimum, yaitu daya atau
tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot yang berkontraksi. Kekuatan maksimum
tidak memerlukan betapa cepat suatu gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan
itu dapat diteruskan
2.
Kekuatan elastis, yaitu kekuatan yang
diperlukan sehingga sebuah otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan.
Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak kadang-kadang disebut
sebagai “power = daya”. Kekuatan ini sangat penting bagi even eksplosip dalam
lari, lompat, dan lempar.
3.
Daya tahan kekuatan, yaitu kemampuan
otot-otot untuk terus-menerus menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya
kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya
gerakan.
b)
Daya Tahan.
Dayatahan mengacu pada kemampuan
melakukan kerja yang ditentukan intensitasnya dalam waktu tertentu. Faktor
utama yang membatasi dan pada waktu yang sama mengakhiri prestasi adalah
kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki dayatahan apabila tidak mudah lelah
atau dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan. Daya tahan, dari semua
kemampuan biomotor harus dikembangkan lebih dahulu.
Tanpa dayatahan adalah sulit untuk
mengadakan pengulangan terhadap tipe atau macam latihan yang lain yang cukup
untuk mengembangkan komponen biomotor lain. Ada dua tipe macam daya tahan, yaitu;
dayatahan aerobik dan dayatahan anaerobik.
Dayatahan aerobik yaitu kerja otot dan
gerakan otot yang dilakukan menggunakan oksigen guna melepaskan energi dari bahan-bahan
otot. Dayatahan aerobik harus dikembangkan sebelum dayatahan anaerobik.
Sedangkan dayatahan anaerobik yaitu
kerja otot dan gerakan otot dengan menggunakan energi yang telah tersimpan
didalam otot. Dayatahan anaerobik terbagi menjadi dua yaitu anaerobik laktik
dan anaerobik alaktik.
c)
kecepatan.
Adalah kemampuan untuk barjalan atau
bergerak dengan sangat cepat. Kecepatan berlari sprint yang asli berkenaan
dengan kemamapuan alami untuk mencapai percepatan lari yang sangat tinggi dan
untuk menempuh jarak pendek dalam waktu yang sangat pendek.
d)
Kelentukan.
Yaitu kemampuan untuk melakukan
gerakan persendian melalui jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau
tertahan adalah suatu sebab umum terjadinya teknik yang kurang baik dan
prestasi rendah. Kelentukan jelek juga menghalangi kecepatan dan dayatahan
karena otot-otot harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tahanan menuju
kelangkah yang panjang.
e)
Koordinasi.
Yaitu kemampuan untuk melakukan
gerakan dengan tingkat kesukaran dengan tepat dan dengan efesien dan penuh
ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu
melakukan skill dengan baik, tetapi juga dengan tepat dan dapat menyelesaikan
suatu tugas latihan. Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas,
dalam penguasaan teknik sprint terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting
pengaruhnya, yaitu faktor psikologis.
Seperti dikatakan Thomson Peter J.L.
(1993; 134) psikologi ini adalah sama pentingnya bagi seorang pelatih guna
membantu individu-individu (atlet) mengembangkan bagaimana mereka memikirkan
kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan ketangkasan
fisik mereka. Ini jelas adalah aspek psikologis dalam melatih namun juga benar
bahwa tak ada bagian dari pelatihan/coaching yang tanpa aspek psikologis.
Adapun faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya yaitu;
a)
Ketangkasan mental.
Ketangkasan mental ini sangat
berguna/penting bagi para pelatih dan atlet. Ketangkasan mental ini bukan hanya
suatu sarana untuk menghindari bencana ataupun pemulihan kembali dari cedera
tetapi ketangkasan mental juga memainkan peranan penting dalam mengatur/mengorganisir
praktek dan latihan secara efektif sehingga segala sesuatu berjalan dengan
benar. Kebanyakan atlet dan pelatih mengakui bahwa perkembangan fisik ssaja
tidak menjamin dapat sukses dalam atletik. Seorang atlet harus memiliki
kerangka pemikiran yang benar.
Persiapan psikologis sama pentingnya
dengan latihan kondisioning fisik. Menyiapkan keduanya bersama-sama akan
menciptakan prestasi terbaik. Ketangkasan mental ini memerlukan latihan praktek
dengan cara yang sama seperti pada skill fisik/jasmaniah. Dengan
skill/ketangkasan fisik, beberapa individu akan mengambil/memperoleh
ketangkasan mental lebih gampang dibanding dengan orang lain. Dengan praktek,
setiap orang dapat meningkatkan ketangkasan mental mereka.
b)
Motivasi.
Motivasi merupakan suatu kecendrungan
untuk berperilaku secara selektif kesuatu arah tertentu, dan perilaku tersebut
akan bertahan sampai sasaran perilaku tersebut dapat dicapai. Pada dasarnya
motivassi adalah betapa besarnya keinginan seorang individu untuk
meraih/mencapai suatu sasaran. Setiap individu memiliki tujuan/sasaran yang berbeda-beda
dalam keterlibatannya dalam dunia atletik.
Tujuan/sasaran itu misalnya;
mencari kegembiraan, memahirkan skill
baru, berlomba dan menang, menambah teman,
serta
masih banyak lagi tujuan/sasaran lain yang selalu berbeda pada setiap
individunya.
Dikatakan Thomson Peter J.L. (1993:
135) tekanan dari luar dari pelatih dan orang tua adalah tidak mungkin
meningkatkan motivasi pada atlet dalam jangka jauh dan mungkin kenyataannya
berkurang.
Motivasi sendiri dan pengisiannya
adalah yang membuat suatu sukses yang sebenarnya bagi atlet, dan bukan ambisi
yang dipaksakan oleh orang lain.
Pelatih membantu atlet mengerti apa
yang ingin atlet raih, tujuan, dan bagaimana cara meraihnya.
c)
Kontrol emosi.
Kontrol emosi adalah suatu kemamapuan
seorang atlet dalam mengendalikan perasaan dalam menghadapi uatu ituasi
tertentu. Menurut Thomson Peter J.L. (1993;136) kegelisaan berarti berapa
banyak seorang individu tergetar atau siap dalam menghadapi suatu situasi
tertentu. Rasa gelisa selalu timbul dalam setiap situasi, meskipun bila tingkatannya
rendah kita tidak dapat memperhatikannya. Banyak rasa gelisa ini digunakan
secara tidak benar yang berarti hanya sifat-sifat individu yang menunjukkan tingkat
yang sangat tinggi akan kegelisaan.
Gejala-gejala kegelisaan dapat
terlihat dalam dua bentuk yaitu: Khawatir dan getaran fisiologis. Rasa khawatir
mengacu kepada pikiran atau kesan tentang apa yang mungkin terjadi dalam suatu
event yang akan datang, sedangkan getaran fisiologis adalah bagian dari
persiapan (alami dalam) badan untuk suatu perlombaan. Contoh dari getaran
fisiologis termasuk meningkatnya denyut jantung, keluar peluh/keringat dan rasa
ingin buang hajat (besar/kecil) pergi kekamar kecil. Penguasaan teknik sprint
adalah sangat penting untuk mencapai prestasi maksimal.
Menurut Djoko P. Irianto (2002),
dalam perlombaan teknik memiliki peran antara lain:
1.
Sebagai cara efesien dalam mencapai
prestasi
2.
Dapat mencegah atu mengurangi terjadinya
cedera
3.
Sebagai modal untuk melakukan taktik
4.
Meningkatkan kepercayaan diri.
Sukadiyanto (2005) mengatakan, teknik
yang benar dari awal selain akan menghemat tenaga untuk gerak sehingga mampu
bekerja lebih lama dan berhasil baik juga juga merupakan landasan dasar menuju
prestasi yang lebih tinggi. Dengan teknik dasar yang tidak benar akan
mempercepat proses stagnasi prestasi, sehingga pada waktu tertentu prestasi
akan stagnasi (mentok), padahal semestinya dapat meraih prestasi yang lebih
tinggi.
Menurut Djoko P. Irianto (2002; 80)
penguasaan teknik dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain;
a)
Kualitas fisik yang relevan
b)
Kualitas psikologis atau kematangan
bertanding
c)
Metode latihan yang tepat
d)
Kecerdasan atlet memilih teknik yang
tepat dalam situasi tertentu.
Menurut Josef Nossek (1982), terdapat
tiga tahapan dalam proses belajar teknik:
a)
Pengembangan koordinasi kasar.
Bentuk-bentuk gerakan kasar dapat dikarakteristikkan sebagai penguasaan
teknik-teknik kasar dan terbatas yang berkenaan dengan kualitas gerakan-gerakan
yang diperlukan, seperti:
1.
Pengaruh kekuatan yang tidak memadai,
pemborosan energi, kram otot (koordinasi otot yang rendah) dengan konsekuensi
kelelahan yang cepat.
2.
Unsur-unsur gerakan tunggal yang tidak
digabungkan dengan lancar, karena kurangnya koordinasi.
3.
Gerakan-gerakan belum cukup tepat.
4.
kekurangan keharmonisan dan ritme
gerakan-gerakan yang diamati.
b)
Pengembangan koordinasi halus. Bentuk
gerakan-gerakan halus dicapai melalui pengulangan-pengulangan lebih lanjut yang
mengambangkan kualitas gerakan-gerakan. Tempo tersebut meningkat sampai pada
kecepatan yang kompetitif. Bagian-bagian gerakan tungggal untuk teknik-teknik
yang lebih kompleks dikembangkan secara terpisah dan dikombinasikan bersama.
Aspek-aspek dalam tahap ini
bercirikan:
1.
Teknik-teknik dilakukan hampir tanpa
kesalahan.
2.
gerakan-gerakan distabilkan.
3.
Gerakan-gerakan lebih berguna dan
hemat, tidak ada pemborosan energi.
4.
Beberapa gerakan-gerakan tidak benar
yang terjadi dalam tahap pertama tidak tampak lagi.
5.
Urutan gerakan-gerakan menjadi lancar
dan harmonis.
6.
Gerakan-gerakan tersebut tepat.
Namun demikian dalam tahap belajar
ini, teknik-teknik tersebut tidak dilakukan secara otomatis. Atlet tersebut
masih harus mengkonsentrasikan pada bagian-bagian yang berbeda dari
gerakan-gerakan dan oleh karena itu penerapan taktis hanya dimungkinkan sebagian.
c)
Tahap stabilisasi dan otomatisasi.
Tahap stabilisasi; pertama-tama
hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia dapat menerapakan teknik-teknik
dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut mampu menyesuaikan diri
terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari suatu kompetisi.
Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya dicapai melalui praktek
dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang tinggi, para atlet
dapat memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam kompetisi. Pengaruh
dari kapasitas kondisioning adalah jelas tanpa rintangan dalam penampilan.
Prestasi merupakan akumulasi dari
kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan mental atau psikis, sehingga
aspek tersebut perlu dipersiapkan secara menyeluruh, sebab satu aspek dengan
aspek lain akan menentukan aspek lain. Fisik merupakan pondasi bagi olahragawan,
sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan dengan baik jika olahragawan
memiliki kualitas fisik yang baik. Jadi teknik dapat dikembangkan dan dikuasai
jika atlet memiliki kualitas fisik yang baik
LARI
JARAK MENENGAH
Pengertian Lari Jarak Menengah
Lari jarak menengah menempuh jarak 800
m dan 1500 m. start yang digunakan untuk lari jarak menengah nomor 800 m adalah
start jongkok, sedangkan untuk jarak 1500 m menggunakan start berdiri. Pada
lari 800 m masing –masing pelari berlari di laintasannya sendiri, setelah
melewati satu tikungan pertama barulah pelari–pelari itu boleh masuk ke dalam
lintasan pertama Hal yang perlu diperhatikan pada lari jarak menengah adalah
penyesuaian antara kecepatan dan kekuatan / stamina dari masing –masing pelari
Teknik Start Berdiri untuk Lari Jarak Menengah
( 1.500 m )
Teknik start berdiri untuk lari jarak
menengah adalah :
a)
Aba –aba “ bersedia”
Dengan
sikap tenang tetapi menyakinkan melangkah maju ke depan, berdiri tegak di
belakang garis start.
b)
Aba –aba “ siap “
Mengambil
sikap kaki kiridi depan dan kaki kanan di belakang, tidak menginjak garis
start, badan condong ke depan.
c)
Aba –aba “ ya “
Mulai
berlari dengan kecepatan yang tidak maksimal melainkan cukup setengah atau tiga
perempat dari kecepatan maksimal.
Teknik Gerakan lari Jarak Menengah
Teknik gerakan lari jarak menengah
meliputi :
a)
Posisi kepala dan badan tidak terlalu
condong, sikap badan seperti sikap orang berlari.
b)
Sudut lengan antara 100 –110 derajat
c)
Pendaratan pada tumit dan menolak dengan ujung
kaki
d)
Ayunkan kedua lengan untuk
mengimbangi gerak kaki
e)
Mengayunkan lutut kedepan tidak
setinggi pinggul
f)
Pada waktu menggerakkan tungkai bawah
dari belakang ke depan tidak terlalu tinggi
Teknik Lari Jarak Menengah Saat Melewati
Tikungan
Teknik lari jarak menengah saat
melewati tikungan adalah :
a)
Usahakan berlari sedekat mungkin
dengan garis lintasan sebelah kiri
b)
Putarkan keduan bahu ke kiri, kepala
juga miring ke kiri
c)
Sudut lengan kanan usahakan lebih
besar daripada lengan kiri
Teknik Gerakan Memasuki Garis Finish
Teknik gerakan memasuki garis finish
dalam lari jarak menengah yaitu :
a)
Cara memasuki garis finish yaitu:
1.
Lari terus tanpa mengubah sikap lari
2.
Dada maju, kedua tangan lurus ke
belakang
3.
Salah satu bahu maju ke depan ( dada
diputar ke salah satu sisi )
4.
Kepala ditundukkan, kedua tangan di
ayun ke belakang
b)
Hal –hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1.
Frekuensi kaki dipercepat, langkah
diperlebar
2.
Jangan melakukan gerakan melompat
pada saat memasuki garis finish
3.
Perhatian di pusatkan pada garis
finish
4.
Apabila ada pita jangan berusaha
meraih dengan tangan
5.
Jangan berhenti mendadak setelah
melewati garis finish
Peraturan Perlombaan
Peraturan perlombaan yang ditetapkan
oleh induk organisasi atletik internasional IAAF (International Amateur
Atloetik Federation) atau tingkat nasional PASI (Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia ) tentang perlombaan lari jarak pendek yaitu :
1.
Peraturan Perlombaan
Peraturan perlombaan dalam lari jarak
pendek adalah
a)
Garis start dan finish dalam lintasan
lari ditunjukan dengan sebuah garis selebar 5 cm siku–siku dengan batas tepi
dalam lintasan. Jarak perlombaan harus diukur dari tepi garis start ke tepi
garis fnish terdekat dengan garis start
b)
Aba –aba yang digunakan dalam lomba
lari jarak pendek adalah : “ bersedia”, “siap”dan “ ya” atau bunyi pistol.
c)
Semua peserta lomba lari mulai
berlari pada saat aba–aba “ ya” atau bunyi pistol yang ditembakkan ke udara.
d)
Peserta yang membuat kesalahan pada
saat start harus diperingatkan ( maksimal 3 kali kesalahan )
e)
Lomba lari jarak pendek pada
perlombaan besar dilakukan 4 tahap, yaitu babak pertama, babak kedua, babak
semi final, dan babak final. f. Babak pertama akan diadakan apabila jumlah
peserta banyak, pemenang I dan II tiap heat berhak maju ke babak berikutnya.
2.
Diskualifikasi atau Hal –hal yang
Dianggap Tidak Sah
Hal–hal yang dianggap tidak sah dalam
lari jarak pendek yaitu :
a)
Melakukan kesalahan start lebih dari
3 kali
b)
Memasuki lintasan pelari lain
c)
Mengganggu pelari lain
d)
Keluar dari lintasan
e)
Terbukti memakai obat perangsang
3.
Petugas atau Juri dalam Lomba Lari
Petugas atau juri dalam lomba lari
jarak pendek terdiri atas :
a)
Starter, yaitu petugas yang
memberangkatkan perlari
b)
Recall Starter yaitu petugas yang
mengecek atau mengabsen para pelari
c)
Timer yaitu petugas pencatat waktu
d)
Pengawas lintasan yaitu petugas yang
berdiri pada tempat tertentu dan bertugas mengawasi pelari apabila melakukan
kesalahan dan pelanggaran
e)
Juri kedatangan yaitu petugas
pencatat kedatangan pelari yang pertama sampai dengan terakhir dan menentukan
ranking / urutan kejuaraan
f)
Juri pencatat hasil yaitu petugas
pencatat hasil setelah pelari memasuki garis finish
LARI
SAMBUNG ATAU LARI ESTAFET
LARI ESTAFET, Lari bersambung atau biasa
disebut lari estafet adalah lari beregu yang terdiri dari 4 orang
pelari. Lari
ini dilakukan bersambung dan bergantian membawa tongkat dari garis start
sampai ke
garis finish. Sebagian besar keberhasilan regu estafet ditentukan oleh
kelancaran
pada saat melaksanakan pergantian tongkat estafetnya.
Start yang digunakan dalam lari
bersambung adalah untuk pelari pertama (I) menggunakan start jongkok.
Sedangkan untuk pelari kedua (II), ketiga (III), dan pelari
yang keempat
(IV) menggunakan start melayang. Jarak lari bersambung yang sering
diperlombakan
dalam atletik baik untuk putra maupun putri adalah 4 X 100 meter atau 4
X 400 meter.
Dalam melakukan lari sambung bukan teknik saja yang diperlukan tetapi
pemberian dan
penerimaan tongkat di zona atau daerah pergantian serta penyesuaian
jarak dan
kecepatan dari setiap pelari.
1. Teknik
Lari Bersambung (Lari Estafet).
Satu regu pelari estafet biasanya
terdiri dari 4 orang pelari. Keberhasilan yang akan dicapai oleh tim s`ngat
ditentukan pada saat melakukan pergantian estafet. Suatu tim
pelari harus
memiliki pelari-pelari yang tercepat dan mampu melakukan pergantian
tongkat dengan
sempurna.
2.
Teknik Pergantian tongkat Estafet.
Pergantian Tongkat estafet dalam lari
bersambung atau lari estafet terbagi menjadi 2,yaitu : Pergantian Tongkat
Estafet tanpa melihat (Non Visual) Yaitu cara pelari menerima tongkat estafet
tanpa melihat kepada yang memberi tongkat estafet. Pergantian Tongkat estafet
dengan melihat (Visual) yaitu cara pelari menerima tongkat estafet dengan
melihat ke belakang (pemberi tongkat estafet).
Teknik Pemberian dan Penerimaan
Tongkat :
Dari Bawah Jika pemberi memberikan
tongkat dengan tangan kanan maka penerima menggunakan tangan kiri. Saat akan
memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah.
Sementara tangan penerima telah siap di belakang dengan telapak tangan
menghadap bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari yang lainnya dirapatkan.
Tangan penerima berada di bawah pinggang. Dari atas Jika pemberi memberikan
tongkat dengan tangan kiri maka penerima juga menggunakan tangan kiri.
Pergantian tongkat estafet harus
berlangsung di dalam daerah pergantian yang panjangnya 20 meter. Pergantian
tongkat estafet yang terjadi diluar daerah pergantian akan terkena
Diskualifikasi.
3.
Cara Memegang tongkat Estafet.
Cara memegang tongkat estafet harus
dilakukan dengan benar. Memegang tongkat dapat dilakukan dengan dipegang oleh
tangan kiri atau kanan. Setengah bagian dari tongkat dipegang oleh pemberi
tongkat. Dan ujungnya lagi akan dipegang oleh penerima tongkat estafet
berikutnya. Dan bagi pelari pertama, tongkat estafet harus dipegang dibelakang garis
start dan tidak menyentuh garis start.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam
Lari Estafet :
1.
Pemberian tongkat sebaiknya
bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang tongkat pada tangan kanan, sedangkan
pelari 2 dan 4 menerima/memegang tongkat pada tangan kiri.
2.
Penempatan pelari hendaknya
disesuaikan dengan keistimewaan dari masing-masing pelari. Misalnya pelari 1
dan 3 dipilih yang benar-benar baik dalam lingkungan. Pelari 2 dan 4 merupakan
pelari yang mempunyai daya tahan yang baik.
3.
Jarak penantian pelari 2, 3, dan 4
harus benar-benar diukur dengan tepat seperti pada waktu latihan.
4.
Setelah memberikan tongkat estafet
jangan segera keluar dari lintasan masing-masing.
5.
Peraturan Perlombaan
Tahun baru telah menanti kita semua, menjelang akhir tahun kami S1288poker akan membagikan Free chips untuk anda semua member setia S1288poker. Mau chips gratis? dan hadian nya?
ReplyDeleteMari bergabung sekarang juga hanya DI S1288poker
untuk info lebih lanjut silakan hubungi kontak CS S1288poker di bawah ini
BBM - 7AC8D76B
WA - 08122221680
LINE : S1288_POKER
Salam JP
by S1288poker.